BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para petani kita sejak dulu dan
semasa pemerintahan belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih
yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik
kwalitas maupun kuantitas. Mereka sangat berhati-hati dalam memilih benih yang
akan digunakan.
Secara tradisional pemilihan benih
dilakukan pada waktu pemungutan hasil panen, seperti pemilihan hasil (
selection) untuk benih padi, kacang-kacangan dll. Benih yang berasal dari
tanaman yang baik mereka sisihkan, dirawat, dan disimpan sebaik-baiknya. Dengan
cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan
benih semacam ini telah dilakukan beabad-abad lamanya.
Namun seiring berkembangnya zaman,
kini diindonesia sudah dilaksanakan suatu pola produksi benih yang lebih
terarah sehingga petani dapat lebih yakin untuk meningkatkan produktivitas
dengan benih yang unggul dan lebih sejahtera.
Dalam pembuatan benih tidak sedikit dan tidak semudah apa
yang kita pikirkan, dalam pembuatan benih sangatlah rumit dengan
tahapan-tahapan yang sangat membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Ada pun
kegiatan dalam pembuatan benih yang memiliki sertifikat yaitu : pengamatan
viabilitas, vigor, kemurniat benih dan masih banyak uji-uji yang dilakukan
untuk mendapatkan benih unggul.
Benih merupakan suatu bagian dari tanaman yang merupakan
cikal bakal suatu tumbuhan baru yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya.
Benih memiliki beragam jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya.
Benih seharusnya memilki kualitas yang baik agar tanaman baru yang didapat
merupakan tanaman yang sehat.
Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai
cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetic dan fisik dari benih yang
mencakup kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan
varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih.
Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda.
Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hypogeal. Pada tanaman
dikotil kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman
monokotil mempunyai tipe perkecambahan hypogeal.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membedakan tipe
perkecambahan dan membedakan bagian-bagian bibit.
BAB
II. LANDASAN TEORI
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu
proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible,
yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya
pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran sel
(pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur
menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang
hidupnya.
Perkembangan adalah suatu proses
menuju keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya sel-sel menuju ke
struktur dan fungsi tertentu / proses perubahan bentuk (morfogenesis).
Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak.
Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk dan
tingkat kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan selalu
berjalan bersamaan. Terdapat tiga jenis fase pertumbuhan dan perkembangan,
yaitu fase pembelahan sel, fase pembesaran ukuran sel, dan fase deferensiasi
sel.
Pertumbuhan dan perkembangan awal
dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk tumbuh menjadi
individu baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio terdiri dari: radikula
(embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio pucuk), dan hipokotil
(embrio batang).
Perkecambahan (Germinasi).
Perkecambahan
adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah,
bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi
akar. Menurut Kamil., (1982) perkecambahan merupakan pengaktifan kembali
aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian
membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal
dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.
Tipe perkecambahan di atas tanah
(Epigeal)
Ialah ketika
perkecambahan tersebit terjadi plumula terangkat kebagian permukaan tanah
sehingga kotiledon pun ikut terangkat kepermukaan tanah.
Tipe perkecambahan dibawah tanah
(hypogeal)
Ialah tipe
perkecambahan dimana terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang
menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah
kotiledon tetap berada di dalam tanah.
Secara visual
dan morfologis suatu buju yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya
akar (radicle) atau daun (plumule) yyang menonjol keluar biji. Sebetulnya
proses perkecambahan sudah mulai berlangsung sebelum ini.
Dalam keadaan
normal, semua jaringan yang kompleks dan organ yang membentuk bibit (seeding)
dan kemudian menjadi tumbuhan dewasa adalah berasal dari sel telur yang telah
dibuahi. Tetapi haris diketahui bahwa tidak seluruh bagian biji berasal dari
sel telur yang dibuahi. Kulit biji berasaldari tumbuhan induk dan endosperm
(jika masih ada) berasal dari persatuan antara sperma dengan polar nuclei
didalam embryosac
Syarat luar
utama yang dibutuhkan untuk dapat mengaktifkan kembali pertumbuhan embryonic
axis adalah:
a.
Adanya air yang cukup untuk melembabkan biji.
Air yang
dibutuhkan atau yang diserao oleh biji untuk rehydration adalah alir yang
berupa cairan. Masuknya air kedalam biji adalah dengan peristiwa difusi, osmose
dan imbibisi. Difusi dapat didefinisikan sebagai perindahan spontan dan pada
cairan atau gas dari yang berkonsentrasi lebih tinggi kepada yang
berkonsentrasi lebih rendah.
Apabila
konsentrasi air yang diluar biji direndahkan (konsentrasi larutan diluar biji
dinaikkan) misalnya dengan menambahkan NH4NO3 kedalam air tersebut, maka air
akan berkurang atau sama sekali tidak akan masuk kedalam biji, jadi bertambah
kesil konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi larutan) diluar biji,
bertambah sedikit pula air yang masik kedalam biji yang direndamkan dalam
cairan tersebut.
b.
Suhu yang pantas.
Salah satu
syarat perkacambahan biji ialah suhu yang pantas. Tetapi ini tidak berarti
bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air air untuk perkecambahan
dimana biji membutuhkan suatu level minimum hydration yang bersifat khusus
untuk perkecambahan. Jenis biji mempeunyai tiga titik kritis yang berbeda-beda
yang disebut suhu kardinal yaitu, suhu minimum ialah suhu dibawah mana proses
perkecambahan biji tidak terjadi selama periode waktu perkecambahan.
Suhu maksimum
ialah suhu diatas mana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama
periode waktu pendek atau panjang. Sedangkan suhu optimum yaitu suhu pada mana
kecepatan perkecambahan dan presentase biji yang berkecambah tertinggi pada
periode waktu minimum.
c.
Cukup oksigen.
Kekurangan
salah satu diantara tiga diatas umumnya biji tidak akan berkecambah.
Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup yang membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses didalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul O2 atau tidak. Proses ini secara berurutan disebut pernapasan dan fermentasi secara dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 yang dikeluarkan pada kedua proses diatas dan O2 diambil pada proses pernapasan disebut pernapasn anaerob dimana oksigen diperoleh dari proses kimia.
Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup yang membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses didalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul O2 atau tidak. Proses ini secara berurutan disebut pernapasan dan fermentasi secara dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 yang dikeluarkan pada kedua proses diatas dan O2 diambil pada proses pernapasan disebut pernapasn anaerob dimana oksigen diperoleh dari proses kimia.
Umumnya biji
akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2. Tetapi
diketahui ada biji tertentu yang perkecambahannya dinaikkan dengan meningkatkan
kadar O2 diatas 20%. Kebanyakan biji tidak membutuhkan O2 dengan tekanan penuh
20%. Diketahui bahwa O2 yang sampai ke embryo kurang dari 3%. Sebagaimana
dikethui embryonic axsis adalah sebagai pusat sistem metabolisme.
BAB III. PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Seedbed
- Wadah untuk merendam biji
3.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Benih
jagung dan kedelai
b. Aquadestillata
c. Media
tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1
3.3 Cara Kerja
a. Isikan campuran media kedalam seedbed
sebanyak 3/4 bahagian tingginya
b. Tanam masing masing benih dalam seedbed dengan kedalaman 3
cm
c. Seedbed yang telah ditanami benih disiram secukupnya
d. Amati pertumbuhan kecambah pada hari ke 3 dan ke 5 setelah
tanam
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. bagian-bagian
biji
Jenis
Benih
|
Tipe
Biji
|
Komponen
Biji
|
Jagung
|
Hypokotyl
|
Biji,
coleoptyl, seminal root, adventives root, leaf.
|
Kedelai
|
Epicotyl
|
Cotyledone,
plumulle, radical, epicotyls, hypocotyls, primary root, secondary root, leaf.
|
Tabel 2. Tipe
Perkecambahan
Jenis
Benih
|
Tipe
Perkecambahan
|
Jagung
|
Hipogeal
|
Kedelai
|
Epigeal
|
Tabel 3. Pertumbuhan
benih
Jenis
Benih
|
Panjang
Akar ke Cotyledon
|
Panjang
Batang Dari Cotyledon
|
||
Hari
ke 3
|
Hari
ke 5
|
Hari
Ke 3
|
Hari
Ke 5
|
|
Jagung
|
9
cm
|
3.5
cm
|
10
cm
|
5.5
cm
|
Kedelai
|
Panjang
Keseluruhan 4.5 cm
|
Panjang
Keseuruhan 9 cm
|
*Berdasarkan data
kelompok 2 (jagung) dan kelompok 5 (kedelai)
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat dilihat
bahwa biji jagung dan biji kedelai memiliki perbedaan secara morfologis,
terutama dalam bentuk setelah berkecambah. Jagung merupakan salah satu tanaman
yang masuk dalam jenis tumbuhan berkeping biji satu (monocotyledonae)
sedangkan kedelai termasuk jenis tumbuhan berkeping biji 2 (dicotyledonae).
Dari hasil pengamatan dapat dilihat
bahwa biji jagung hanya memiliki satu keping biji dan biji kedelai memiliki dua
keping biji. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya.
Biji jagung yang belum berkecambah
memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
a. Seed coat (kulit biji)
b. Endosperm (cadangan makanan)
c. Cotyledons (keping biji)
d. Epicotyl (epikotil)
e. Coleoptil (koleoptil)
f. Hypocotyl (hipokotil)
g. Radicle (calon akar)
Sedangkan
bagian-bagian biji kedelai yang belum berkecambah, yaitu :
a. Kulit biji
b. Endosperm (cadangan makanan)
c. Cotyledon (keping biji)
d. Plumula (calon daun)
e. Radicula (calon akar)
Untuk biji yang telah berkecambah,
antara biji jagung dan biji kedelai juga memiliki perbedaan yang signifikan.
Terutama pada posisi jaringan penyimpan cadangan makanan setelah biji
berkecambah.
Berdasarkan posisi akhir jaringan
penyimpanan cadangan makanan, perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Pada tipe epigeal, selama
perkecambahan jaringan penyimpan cadangan makanan akan terangkat dan muncul di
atas permukaan media tanam. Pada tipe hipogeal, selama perkecambahan jaringan
penyimpan cadangan makanan tetap berada di bawah permukaan media tanam.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dilihat bahwa perkecambahan epigeal terjadi pada kedelai yang merupakan tanaman
dikotil. Sedangkan perkecambahan hipogeal terjadi pada jagung yang merupakan
tanaman monokotil. Pada kecambah jagung, posisi jaringan penyimpan makananya
terletak di bawah tanah karena pada tanaman monokotil cadangan makanan dalam
endosperm baru akan dicerna setelah biji masak dan dikecambahkan serta telah
menyerap air.
Sedangkan pada kecambah kedelai posisi
jaringan makananya terletak di atas tanah karena cadangan makanan yang terdapat
dalam kotileodon atau perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio
sebelum biji masak, jadi setelah berkecambah jaringan penyimpan makananya akan
terangkat ke atas permukaan tanah karena sudah tidak dibutuhkan lagi dalam
proses perkecambahan.
Gambar posisi jaringan penyimpan
makanan setelah berkecambah, tipe perkecambahan hipogeal dan epigeal serta
bagian-bagian dari kecambah jagung dan kedelai dapat dilihat pada lampiran
hasil pengamatan.
Metabolisme
Perkecambahan
· Tahap Pertama : dimulai dengan
proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi
protoplasma.
· Tahap kedua : dimulai dengan
kegiatan enzim dan sel serta naiknya tingkat respirasi benih.
· Tahap ketiga : terjadi
penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang terlarut dan di translokasikan ke titik tumbuh.
· Tahap keempat : asimilasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan
energy bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
· Tahap kelima : pertumbuhan
dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada
titik-titik tumbuh.(Sutopo, 2002)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
a. Factor
Dalam
· Persediaan makanan dalam biji
Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah member
makanan kepada embrio maupun tanaman yang masih mudad sebelum tanaman tersebut
mampu memproduksi zat makanan sendiri. (Ashari, 1995)
· Horrmon
Memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang sehingga
sifatnya menjadi elastic. Elastisitas dinding sel memungkinkan dinding sel
bersifat permeable sehingga mempermudah imbibisi. (Ashari, 1995)
· Ukuran dan kekerasan biji
Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit
untuk masuk ke dalam biji sehingga imbibisi teerhambat. (Ashari, 1995)
· Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau
keadaan istirahat. Setiap benih tanaman memiliki masa dormansi yang
berbeda-beda.(Gardner, 1991)
b. Faktor
Luar
· Air
Berfungsi sebagai pelunak kulit bji, melarutkan cadangan
makanan, sarana transportasi serta bersama hormone mengatur elurgansi
(pemanjangan) dan pengembangan sel.
· Temperature
Benih dapat berkecambah pada temperature optimum yaitu 80oF
sampai 95oF (20,5o C sampai 35o C).
· Oksigen
Proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan
menigkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energy
yang berupa panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat perkecambahan benih.
Benih yang dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya ataupun gelap
akan menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi.
· Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih adalah mempunyai sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari
pengganggu terutama cendawan. (Sutopo, 2002)
Proses
Difusi Osmosis pada Perkecambahan
Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama
biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40-60&% dan
akan meningkat lagi pada awal munculnya radikal sampai jaringan penyimpanan dan
kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70-90%. Kira-kira 80% dari
protein yang biasanya terbentuk Kristal disimpan dalam jaringan yang disebut
badan protein sedangkan sisanya 20% terbagi dalam nucleus, mitokondria,
protoplastid, mikrosom, dan dalam sitosol. (Soetopo, 2002)
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilakuan, maka dapat disimpulkan bahwa :
·
Tanaman dikotil (kedelai) dan monokotil (Jagung)
berbeda tipe perkecambahannya.
·
Perkecambahan
tanaman kedelai memiliki tipe perkecambahan epigeal yaitu kotiledonnya
terangkat keatas dan hipokotil nya lebih aktif tumbuh .
·
Sedangkan pada tanaman Jagung , tipe
perkecambahannya adalah hypogeal yaitu kotiledonnya tetap didalam tanahbdan
epikotilnya yang lebih aktif tumbuh.
5.2 Saran
Dalam melakukan penelitian atau percobaan harus membutuhkan
waktu lama. Karena untuk menganalisis semua yang terjadi pada tumbuhan
tersebut. Jika dalam waktu yang singkat, mungkin hasil percobaan tersebut
kurang memuaskan. Dan seharusnya jika kita melakukan penelitian tentang
pertumbuhan dan perkembangan maka secara bertahap kita tambahkan unsur – unsur
eksternal. Supaya kita tau dampak / akibat dari apa yang telah kita berikan
terhadap tumbuhan itu. Sehingga kita mendapatkan data / hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
· Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura
Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta
· Gradness. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta
· Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi
Benih I. Angkasa Raya; Padang
· Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan
Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta
· Pratiwi. 2000. Biologi. Erlangga;
Jakarta
· Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The
Plant Seed. Academi Press Inc; USA
· Sugito, Yogi. 1994. Dasar-Dasar
Agronomi. FP UB; Malang
· Soetopo, Lita. 2002. Teknologi
Benih. Rajawali Press; Jakarta
· Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi
Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta
Lampiran Tipe Perkecambahan
a. Tipe Perkecambahan Tanaman Kedelai
b. Tipe Perkecambahan Tanaman Jagung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar