Selasa, 30 April 2013

TIPE PERKECAMBAHAN


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para petani kita sejak dulu dan semasa pemerintahan belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik kwalitas maupun kuantitas. Mereka sangat berhati-hati dalam memilih benih yang akan digunakan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil panen, seperti pemilihan hasil ( selection) untuk benih padi, kacang-kacangan dll. Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka sisihkan, dirawat, dan disimpan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah dilakukan beabad-abad lamanya.
Namun seiring berkembangnya zaman, kini diindonesia sudah dilaksanakan suatu pola produksi benih yang lebih terarah sehingga petani dapat lebih yakin untuk meningkatkan produktivitas dengan benih yang unggul dan lebih sejahtera.
Dalam pembuatan benih tidak sedikit dan tidak semudah apa yang kita pikirkan, dalam pembuatan benih sangatlah rumit dengan tahapan-tahapan yang sangat membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Ada pun kegiatan dalam pembuatan benih yang memiliki sertifikat yaitu : pengamatan viabilitas, vigor, kemurniat benih dan masih banyak uji-uji yang dilakukan untuk mendapatkan benih unggul.
Benih merupakan suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu tumbuhan baru yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya. Benih memiliki beragam jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya memilki kualitas yang baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman yang sehat.
Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetic dan fisik dari benih yang mencakup kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih.
Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hypogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai tipe perkecambahan hypogeal.
 1.2 Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membedakan tipe perkecambahan dan membedakan bagian-bagian bibit.
















BAB II. LANDASAN TEORI
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran sel (pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang hidupnya.
Perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya sel-sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu / proses perubahan bentuk (morfogenesis). Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak. Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan selalu berjalan bersamaan. Terdapat tiga jenis fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase pembelahan sel, fase pembesaran ukuran sel, dan fase deferensiasi sel.
Pertumbuhan dan perkembangan awal dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk tumbuh menjadi individu baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio terdiri dari: radikula (embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio pucuk), dan hipokotil (embrio batang).
            Perkecambahan (Germinasi).
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Menurut Kamil., (1982) perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.


Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal)
Ialah ketika perkecambahan tersebit terjadi plumula terangkat kebagian permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut terangkat kepermukaan tanah.
Tipe perkecambahan dibawah tanah (hypogeal)
Ialah tipe perkecambahan dimana terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam tanah.
Secara visual dan morfologis suatu buju yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar (radicle) atau daun (plumule) yyang menonjol keluar biji. Sebetulnya proses perkecambahan sudah mulai berlangsung sebelum ini.
Dalam keadaan normal, semua jaringan yang kompleks dan organ yang membentuk bibit (seeding) dan kemudian menjadi tumbuhan dewasa adalah berasal dari sel telur yang telah dibuahi. Tetapi haris diketahui bahwa tidak seluruh bagian biji berasal dari sel telur yang dibuahi. Kulit biji berasaldari tumbuhan induk dan endosperm (jika masih ada) berasal dari persatuan antara sperma dengan polar nuclei didalam embryosac
Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk dapat mengaktifkan kembali pertumbuhan embryonic axis adalah:
a.                        Adanya air yang cukup untuk melembabkan biji.
Air yang dibutuhkan atau yang diserao oleh biji untuk rehydration adalah alir yang berupa cairan. Masuknya air kedalam biji adalah dengan peristiwa difusi, osmose dan imbibisi. Difusi dapat didefinisikan sebagai perindahan spontan dan pada cairan atau gas dari yang berkonsentrasi lebih  tinggi kepada yang berkonsentrasi lebih rendah.
Apabila konsentrasi air yang diluar biji direndahkan (konsentrasi larutan diluar biji dinaikkan) misalnya dengan menambahkan NH4NO3 kedalam air tersebut, maka air akan berkurang atau sama sekali tidak akan masuk kedalam biji, jadi bertambah kesil konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi larutan) diluar biji, bertambah sedikit pula air yang masik kedalam biji yang direndamkan dalam cairan tersebut.
b.                        Suhu yang pantas.
Salah satu syarat perkacambahan biji ialah suhu yang pantas. Tetapi ini tidak berarti bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air air untuk perkecambahan dimana biji membutuhkan suatu level minimum hydration yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Jenis biji mempeunyai tiga titik kritis yang berbeda-beda yang disebut suhu kardinal yaitu, suhu minimum ialah suhu dibawah mana proses perkecambahan biji tidak terjadi selama periode waktu perkecambahan.
Suhu maksimum ialah suhu diatas mana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu pendek atau panjang. Sedangkan suhu optimum yaitu suhu pada mana kecepatan perkecambahan dan presentase biji yang berkecambah tertinggi pada periode waktu minimum.
c.                        Cukup oksigen.
Kekurangan salah satu diantara tiga diatas umumnya biji tidak akan berkecambah.
Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup yang membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses didalam sel hidup biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul O2 atau tidak. Proses ini secara berurutan disebut pernapasan dan fermentasi secara dimana terjadi pertukaran gas yaitu CO2 yang dikeluarkan pada kedua proses diatas dan O2 diambil pada proses pernapasan  disebut pernapasn anaerob dimana oksigen diperoleh dari proses kimia.
Umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2. Tetapi diketahui ada biji tertentu yang perkecambahannya dinaikkan dengan meningkatkan kadar O2 diatas 20%. Kebanyakan biji tidak membutuhkan O2 dengan tekanan penuh 20%. Diketahui bahwa O2 yang sampai ke embryo kurang dari 3%. Sebagaimana dikethui embryonic axsis adalah sebagai pusat sistem metabolisme.
BAB III. PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Seedbed
  2. Wadah untuk merendam biji
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a.      Benih jagung dan kedelai
b.     Aquadestillata
c.      Media tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1
3.3 Cara Kerja
        a. Isikan campuran media kedalam seedbed sebanyak 3/4  bahagian tingginya
        b. Tanam masing masing benih dalam seedbed dengan kedalaman 3 cm
        c. Seedbed yang telah ditanami benih disiram secukupnya
        d. Amati pertumbuhan kecambah pada hari ke 3 dan ke 5 setelah tanam






BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
        4.1 Hasil
Tabel 1. bagian-bagian biji
Jenis Benih
Tipe Biji
Komponen Biji
Jagung
Hypokotyl
Biji, coleoptyl, seminal root, adventives root, leaf.
Kedelai
Epicotyl
Cotyledone, plumulle, radical, epicotyls, hypocotyls, primary root, secondary root, leaf.

Tabel 2. Tipe Perkecambahan
Jenis Benih
Tipe Perkecambahan
Jagung
Hipogeal
Kedelai
Epigeal

Tabel 3. Pertumbuhan benih
Jenis Benih
Panjang Akar ke Cotyledon
Panjang Batang Dari Cotyledon
Hari ke 3
Hari ke 5
Hari Ke 3
Hari Ke 5
Jagung
9 cm
3.5 cm
10 cm
5.5 cm
Kedelai
Panjang Keseluruhan 4.5 cm
Panjang Keseuruhan 9 cm
*Berdasarkan data kelompok 2 (jagung) dan kelompok 5 (kedelai)




        4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa biji jagung dan biji kedelai memiliki perbedaan secara morfologis, terutama dalam bentuk setelah berkecambah. Jagung merupakan salah satu tanaman yang masuk dalam jenis tumbuhan berkeping biji satu (monocotyledonae) sedangkan kedelai termasuk jenis tumbuhan berkeping biji 2 (dicotyledonae).
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa biji jagung hanya memiliki satu keping biji dan biji kedelai memiliki dua keping biji. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya.
Biji jagung yang belum berkecambah memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
a.    Seed coat (kulit biji)
b.    Endosperm (cadangan makanan)
c.    Cotyledons (keping biji)
d.   Epicotyl (epikotil)
e.    Coleoptil (koleoptil)
f.     Hypocotyl (hipokotil)
g.    Radicle (calon akar)
Sedangkan bagian-bagian biji kedelai yang belum berkecambah, yaitu :
a.    Kulit biji
b.    Endosperm (cadangan makanan)
c.    Cotyledon (keping biji)
d.   Plumula (calon daun)
e.    Radicula (calon akar)

Untuk biji yang telah berkecambah, antara biji jagung dan biji kedelai juga memiliki perbedaan yang signifikan. Terutama pada posisi jaringan penyimpan cadangan makanan setelah biji berkecambah.
Berdasarkan posisi akhir jaringan penyimpanan cadangan makanan, perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Pada tipe epigeal, selama perkecambahan jaringan penyimpan cadangan makanan akan terangkat dan muncul di atas permukaan media tanam. Pada tipe hipogeal, selama perkecambahan jaringan penyimpan cadangan makanan tetap berada di bawah permukaan media tanam.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perkecambahan epigeal terjadi pada kedelai yang merupakan tanaman dikotil. Sedangkan perkecambahan hipogeal terjadi pada jagung yang merupakan tanaman monokotil. Pada kecambah jagung, posisi jaringan penyimpan makananya terletak di bawah tanah karena pada tanaman monokotil cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna setelah biji masak dan dikecambahkan serta telah menyerap air.
Sedangkan pada kecambah kedelai posisi jaringan makananya terletak di atas tanah karena cadangan makanan yang terdapat dalam kotileodon atau perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak, jadi setelah berkecambah jaringan penyimpan makananya akan terangkat ke atas permukaan tanah karena sudah tidak dibutuhkan lagi dalam proses perkecambahan.
Gambar posisi jaringan penyimpan makanan setelah berkecambah, tipe perkecambahan hipogeal dan epigeal serta bagian-bagian dari kecambah jagung dan kedelai dapat dilihat pada lampiran hasil pengamatan.

Metabolisme Perkecambahan
· Tahap Pertama : dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi protoplasma.
· Tahap kedua : dimulai dengan kegiatan enzim dan sel serta naiknya tingkat respirasi benih.
· Tahap ketiga : terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang terlarut dan di translokasikan ke titik tumbuh.
· Tahap keempat : asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energy bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
· Tahap kelima : pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.(Sutopo, 2002)

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
a. Factor Dalam
·  Persediaan makanan dalam biji
Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah member makanan kepada embrio maupun tanaman yang masih mudad sebelum tanaman tersebut mampu memproduksi zat makanan sendiri. (Ashari, 1995)
·  Horrmon
Memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang sehingga sifatnya menjadi elastic. Elastisitas dinding sel memungkinkan dinding sel bersifat permeable sehingga mempermudah imbibisi. (Ashari, 1995)
· Ukuran dan kekerasan biji
Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk ke dalam biji sehingga imbibisi teerhambat. (Ashari, 1995)
· Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan istirahat. Setiap benih tanaman memiliki masa dormansi yang berbeda-beda.(Gardner, 1991)
b. Faktor Luar
· Air
Berfungsi sebagai pelunak kulit bji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi serta bersama hormone mengatur elurgansi (pemanjangan) dan pengembangan sel.
· Temperature
Benih dapat berkecambah pada temperature optimum yaitu 80oF sampai 95oF (20,5o C sampai 35o C).
· Oksigen
Proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan menigkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energy yang berupa panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat perkecambahan benih. Benih yang dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya ataupun gelap akan menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi.
· Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih adalah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari pengganggu terutama cendawan. (Sutopo, 2002)
Proses Difusi Osmosis pada Perkecambahan
Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40-60&% dan akan meningkat lagi pada awal munculnya radikal sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70-90%. Kira-kira 80% dari protein yang biasanya terbentuk Kristal disimpan dalam jaringan yang disebut badan protein sedangkan sisanya 20% terbagi dalam nucleus, mitokondria, protoplastid, mikrosom, dan dalam sitosol. (Soetopo, 2002)






BAB V. PENUTUP
            5.1 Kesimpulan
      Berdasarkan hasil praktikum yang dilakuan, maka dapat disimpulkan bahwa :
·       Tanaman dikotil (kedelai) dan monokotil (Jagung) berbeda tipe perkecambahannya.
·        Perkecambahan tanaman kedelai memiliki tipe perkecambahan epigeal yaitu kotiledonnya terangkat keatas dan hipokotil nya lebih aktif tumbuh .
·       Sedangkan pada tanaman Jagung , tipe perkecambahannya adalah hypogeal yaitu kotiledonnya tetap didalam tanahbdan epikotilnya yang lebih aktif tumbuh.
            5.2 Saran
Dalam melakukan penelitian atau percobaan harus membutuhkan waktu lama. Karena untuk menganalisis semua yang terjadi pada tumbuhan tersebut. Jika dalam waktu yang singkat, mungkin hasil percobaan tersebut kurang memuaskan. Dan seharusnya jika kita melakukan penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan maka secara bertahap kita tambahkan unsur – unsur eksternal. Supaya kita tau dampak / akibat dari apa yang telah kita berikan terhadap tumbuhan itu. Sehingga kita mendapatkan data / hasil yang akurat.









DAFTAR PUSTAKA
· Anonymous. 2010. http://www.pustakaut.ac.id. Diakses 27 Maret 2010
· Anonymous. 2010. http://www.google.com. Diakses 27 Maret 2010
· Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta
· Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta
· Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang
· Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta
· Pratiwi. 2000. Biologi. Erlangga; Jakarta
· Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USA
· Sugito, Yogi. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. FP UB; Malang
· Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta
· Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta






Lampiran Tipe Perkecambahan
a.     Tipe Perkecambahan Tanaman Kedelai
Hipokotil1_jpg1
b.     Tipe Perkecambahan Tanaman Jagung
perkecambahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar