Selasa, 21 Mei 2013

ALSINTAN PADA KEGIATAN PANEN & PASCA PANEN TANAMAN NILAM


I.    PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Nilam (Pogostemon cablin Benth) adalah salah satu komoditi penghasil minyak atsiri yang banyak dipergunakan dalam industri kimia sebagai bahan farmasi, bahan baku produk wewangian dan kosmetika, sehingga nilam menjadi salah komoditi penghasil devisa negara karena nilam Indonesia menguasai sekitar 70% pangsa pasar dunia, selain itu nilam juga sebagai sumber pendapatan petani di Indonesia.
Negara-negara pengimpor utama adalah Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan Australia. Saat ini harga minyak nilam Indonesia dipasaran dunia sangat berfluktuasi. Pada tahun 1986 – 1997, harga minyak nilam berkisar antara Rp.20.500,- – Rp. 40.000,-/kg sedangkan pada tahun 1997 – 1999, pernah mencapaiRp. 1.100.000,- – Rp. 1.400.000,- /kg dan pada tahun 2004 harga minyak nilam menjadi Rp.162.000,-/kg.
Yang diambil dari nilam adalah minyaknya yang diperoleh dari hasil penyulingan dari batang dan daun tanaman (terna), selain itu limbah dari hasil penyulingan yang terdiri dari ampas daun dan batang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, pupuk dan mulsa. Rendahnya produktivitas dan mutuminyak nilam antara lain dipengaruhi faktor-faktor dalam penanganan panen, pasca panen dan pengolahan yang kurang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut kita perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.

1.2    Tujuan
       Untuk mengetahui alat dan mesin pertanian yang digunakan dalam kegiatan panen dan pasca panen tanaman nilam.



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)
       Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-cabang dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang tegak, dan termasuk jenis rerumputan. Nama latinnya pogostemon cablin benth. Daunnya berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini tumbuh sebagai bagian dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di Indonesia. Nilam diambil minyaknya. Daun beserta ikutannya berupa ranting-ranting kecil direbus lalu uap/asapnya disuling menjadi minyak nilam, sejenis minyak atsiri.
       Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).
       Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295 ton dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004) Sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida (Dummond, 1960 ; Robin, 1982, Mardiningsih et al., 1995). Dengan berkembangnya pengobatan dengan aroma terapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (Ibnusantoso, 2000).
Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia. (Sudaryani, 2004).
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus. Digunakan untuk bahan industri kosmetik, parfum, antiseptic, yang potensi pasarnya masih sangat terbuka, paling tidak untuk 10 tahun mendatang. Sifat minyak nilam adalah berat, kental, berwarna kuning hingga cokelat tua, serta dapat disuling fraksional menjadi beberapa mutu. Daun nilam yang kering mengandung 1,4 % sampai 4 persen minyak atsiri. Minyak ini mengandung sekitar 40 persen patchouli alcohol. Pada zaman dahulu wanita-wanita bangsawan dan juga wanita-wanita di daerah pedusunan menggunakan minyak nilam (dilem-Jawa) untuk meminyaki bayi agar baunya harum.
Di luar negeri sejak dulu sampai sekarang para penenun kain wol (Kashmir, Australia) menggunakan minyak nilam sebagai pencegah hama kain ngengat (renget-Jawa). Baunya yang khas menjadi tanda dagang kain wol Kashmir dengan harga mahal. Kain wol yang bermutu rendah dan harganya murah, setelah diberi minyak nilam harganya meningkat tinggi. Maka orang-orang Eropa juga membudidayakan tanaman nilam, terutama di Prancis. Indonesia menjadikan minyak nilam sebagai komoditi ekspor yang penting. ''Negara-negara Timur Tengah minta dikirimi berapa ton jumlahnya tidak terbatas dan tidak akan ditolak,( kata Teddy Wijaya)
Minyak nilam Sumatera Utara bermutu tinggi, menyusul kemudian produksi Jawa Timur. Bau wanginya yang khas sangat tahan lama. Dalam parfum digunakan hanya dalam konsentrasi rendah. Parfum ini juga digunakan untuk esens tembakau, minyak rambut dan beberapa produk cair seperti tinta dan pengawet kain linen.Selain Indonesia, tercatat pengekspor minyak nilam adalah Malaysia, Filipina, Brasil, India, dan Cina. Tanaman nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri, oleh sebab itu produksi, kadar dan mutu minyak merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Disamping itu, karakter lainnya seperti sifat ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah satu indikator penentu. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca panen Kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman nilam di samping faktor lainnya.
2.2 Morfologi Tanaman Nilam
Klasisifikasi dari tanaman nilam yaitu :Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas : Angiospermae, Ordo : lamiales Famili : labiateae, Genus : Pogostemon, dan Spesies : Pogostemon cablin Benth
Sementara morfologinya adalah akar,batang dan daun dimana gambaranya sebagai berikut:
1.Akar.
Tanaman nilam memiliki jenis perakaran berbentuk serabut,dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran yang menancap ketanah mencapai 30 – 40 cm.

2.Batang.
Bentuk batang kecil,bercabang- cabang,dan berkulit tipis pada bagian luarnya.,jenisnya berkayu dengan diameter 10 – 20 mm,dengan sistem percabangannya bertingkat – tingkat mengelilingi batang (3 – 5 cabang pertingkat ). Setelah tanaman berumur 6 bulan ,tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60 cm. ( Sudaryani et,al 2004 ).

3.Daun.
Bentuk daun bergerigi, berbentuk bulat dan lonjong. Permukaan daun agak kasar,memiliki bulu tipis pada bagian luar daun.

2.3. Jenis-jenis Tanaman Nilam
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus.
1. Pogostemon cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia. (Sudaryani, 2004)
2. Pogostemon heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jemis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50-1,5%. Di samping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani, 2004)



3. Pogostemon hortensis
Disebut juga nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan minyaknya 0,5-1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani, 2004)
Diantara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak dibudidayakan yaitu P. Cablin Benth (nilam Aceh), karena kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya.
Nilam Aceh diperkirakan daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya. Setelah sekian lama berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam-macam tipe yang berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan.




III.    PEMBAHASAN
3.1 Proses Panen

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen nilam adalah umur tanaman, waktu panen dan alat panen. Umur, tanaman nilam yang terpelihara dengan baik dapat dipanen pada saat tanaman berumur 6 (enam) bulan dan panen selanjutnya dilakukan setiap 4 (empat) bulan sekali sampai tanaman berumur 3 (tiga) tahun. Waktu panen/pemetikan daun, sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore menjelang malam. Jika pemetikan dilakukan pada siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Kandungan minyak atsiri tertinggi terdapat pada tiga pasang daun termuda yang masih berwarna hijau.
Alat yang dipergunakan untuk panen, berupa sabit/ parang dan gunting. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan alat yang dipergunakan dari penyakit nilam yang tertular dari kebun lain. Cara memanen nilam yaitu dengan memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Sebaiknya tiap kali panen ditinggalkan 1-2 cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.

3.2 Teknologi Pasca Panen

Pengelolaan agro-industry nilam terdiri dari dua pekerjaan masing-masing pra
penyulingan dan saat penyulingan. Pengelolaan agro-industry pra penyulingan terdiri dari pengeringan dan pelayuan yang harus diperhatikan, antara lain: 
1.   Pengeringan jangan dilakukan terlalu cepat, sebab mengakibatkan daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Oleh karena itu, daun dijemur di atas tikar atau lantai semen untuk memperoleh sinar matahari selama 3 hari dari jam 10.00-14.00 sampai kandungan air dalam daun turun sekitar 15% sampai penyulingan akan dimulai.

2.   Pengeringan jangan terlalu lambat, sebab mengakibatkan daun menjadi lembab dan udah terserang jamur, sehingga rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah.

3. Tebal tumpukan daun yang dijemur 50 cm dan dibalik 2-3 kali sehari. 
Pengelolaan agroindustry pada saat penyulingan yang harus diperhatikan antara lain: 
1. Terna kering berada pada jarak tertentu di atas permukaan air. Metode ini dikenal dengan cara dikukus.
2.  Jika tangki alat suling yang digunakan berkapasitas 1.150 liter maka kerapatan daun 100-150 gram/liter atau 120-150 kg/1.150 liter, di mana daun nilam dikukus dengan sistem tekanan/boiler.
3.  Alat Suling dikonstruksi dari bahan stainless steel agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih jernih.
4.  Sebelum disuling, terna kering terlebih dahulu dibasahi air supaya mudah dipadatkan.
5.   Penyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya.
6.  Waktu yang diperlukan dalam penyulingan secara dikukus sekitar 5-10 jam.
7.  Kecepatan penyulingan secara dikukus 0.6 kg uap/kg terna.

3.3    Pemanfaatan Nilam
Setelah panen, daun nilam diolah dengan cara penyulingan. Ada dua cara cara penyulingan yaitu:
1) penyulingan menggunakan uap langsung; dan
2) penyulingan air dan uap (dikukus).

Penyulingan dengan cara uap langsung yaitu melakukan penyulingan terhadap terna (daun dan batang) nilam selama 4-6 jam, sedang penyulingan dengan cara dikukus memerlukan waktu 5-10 jam. Perbandingan daun dan batang adalah 2 : 1. Lokasi penyulingan sebaiknya dekat dengan bahan baku dan sumber air atau lokasi yang mudah memperoleh air yang mengalir untuk memproses pendinginan. 
Alat penyulingan sebaiknya terbuat dari besi tahan karat (stainless steel) atau flat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pipa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak yang berwarna lebih muda dan jernih. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung, tekanan mula-mula 1,0 atm, lalu dinaikkan secara bertahap sampai 2,5-3,5 atm (tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2) pada akhir penyulingan. Bahan bakar yang dipergunakan diusahakan berasal dari bahan bakar setempat seperti kayu, tempurung kelapa dan batu bara sesuai kondisi lokasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan daklam proses penyulingan adalah:
1)       Jika tangki alat suling yang digunakan berkapasitas 1.150 liter maka kerapatan daun 100-150 gram/liter atau 120-150 kg/liter, dimana daun nilam dikukus dengan sistem tekanan/boiler.

2)       Alat suling sebaiknya dibuat dari bahan stainless steel supaya diperoleh hasil minyak berwarna lebih jernih.

3)       Sebelum disuling, sebaiknya terna kering terlebih dahulu dibasahi air supaya mudah dipadatkan

4)       Penyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya

5)       Waktu yang diperlukan dalam penyulingan secara dikukus perlu waktu sekitar 5-10 jam;

6)       Kecepatan penyulingan secara dikukus 0,6 kg uap/kg ternak





IV.    PENUTUP

4.1    Kesimpulan

Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani. Panen dapat dilakukan pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam Adapun Alat panen yang digunakan adalah sabit, pisau atau gunting.
Mutu minyak nilam ditentukan oleh beberapa faktor, menyangkut pra panen maupun pasca panen. Faktor pra panen yang mencakup bahan tanaman, teknik budidaya, cara dan waktu panen maupun faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan mutu bahan olah yang akhirnya akan berpengaruh terhadap mutu hasil olahannya. Sedangkan faktor pasca panen mencakup penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya, pengemasan dan penyimpanan sangat berpengaruh pula terhadap mutu produk akhir.

4.2    Saran

Dalam Melakukan Penyulingan di butuhkan ketelitian dalam melakukannya, agar mendapatkan hasil minyak yang baik dan bernilai tinggi.




DAFTAR  PUSTAKA

Achmad Daud.1999. Nilam Budidaya dan Penyulingan.Cv Yasaguna

Anonim, 2013. Nilam. http://nilam xxpro tecnologhy.com. diakses tanggal 21 Mei 2013

Anonim, 2013 . http://www.dephut.go.id/files/Nilam.pdf .diakses tanggal 21 Mei 2013

Asman, A., E.M. Adhi dan D. Sitepu, 1998. Penyakit layu, budok dan penyakit lainnya serta strategi pengendaliannya.

Anonymous, 1998. Survey inventarisasi hama dan penyakit tanaman minyak atsiri di Jawa

Endang Hadiopentyanti dan Ma,mun 1996. Prospek Pengembangan Beberapa Jenis Minyak Atsiri Baru dan Potensi Pasar. Biro Statistik Jakarta

Rosman, R., Emmyzar dan pasril Wahid, 1998. Karakteristik lahan dan iklim untuk perwilayahan pengembangan. Monograf nilam. Balittro 5 : 47-54.

Trisawa, I. M., dan Siswanto, 1994. Pengaruh ekstrak biji nimba terhadap ulat penggulung daun dan tungau merah pada tanaman nilam. Laporan Hasil Penelitian. 11 hal (tidak dipublikasikan).






Selasa, 14 Mei 2013

ALSINTAN PANEN & PASCA PENEN PADA TANAMAN PADI dan KELAPA SAWIT

I.        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia dari waktu ke waktu, cara pemungutan hasil ( panen ) pertanian pun ikut mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan manusia akan pangan mendesak pemikir untuk memecahkan masalah bagaimana meningkatkan produksi, dan produksi kerja sesuai dengan waktu yang tersedia.
Dalam meningkatkan produksi , salah satu aspek yang harus ditekan serendah  mungkin adalah masalah kehilangan produksi diwaktu panen. Sedangkan dalam meningkatkan kemampuan kerja adalah bagaimana menekan waktu yang dibutuhkan dalam memanen dalam satuan luas tertentu. Ini bertujuan agar dalam waktu yang cepat dapat memungut hasil yang optimum dengan kehilangan hasil yang serendah mungkin dan efisiensi kerja serendah mungkin.
Alat dan mesin panen terdiri dari banyak macam dan jenisnya yang digolongkan menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga menurut cara traditional maupun semi mekanis sampai modern. Menurut jenis tanaman, alat dan mesin panen digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian, tebu, rumput-rumputan, kapas dan umbi-umbian. Sedangkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian dibagi jenisnya untuk padi, jagung, kacang-kacangan.
Kegiatan pemanenan bisa dilakukan menggunakan alat traditional ataupun mesin pemanen. Penggunaan mesin pemanen ditujukan agar lebih memudahkan petani untuk memunggut hasil panen serta mengurangi kehilangan hasil panen. Prinsip kerja mesin pemanen mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakkan tanaman dan menjatuhkannya atau merobohkan tanaman tersebut, bahkan ada yang langsung otomatis mengikat tanaman menjadi seperti berbentuk sapu lidi berukuran besar.
          Penggunaan mesin panen pertama kali di California , Amerika Serikat pada tahun1885, digunakan untuk pemanenan gandum.
       B. Tujuan
Untuk mengetahui alat alat mesin pertanian yang digunakan dalam kegiatan panen dan pasca panen pada tanaman padi dan kelapa sawit.

II.  ISI
2.1 Padi
2.1.1 Alat dan Mesin Panen Padi
1. Dengan Teknik atau Cara Tradisional
Umumnya dalam cara tradisional ini alat – alat panen yang digunakan juga sederhana seperti sabit dan ani – ani yang menggunakan tenaga manusia itu sendiri. Ani – ani dan sabit pada dasarnya memiliki bagian yang sama, yaitu terbuat dari pisau dan kayu genggaman sebagai letak pisau. Yang membedakan kedua alat tersebut adalah bentuknya. Pada saat diperkenalkannya varietas baru padi unggul yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani - ani ke penggunaan sabit. Sehingga pemanenan padi tersebut menyebabkan kehilangan hasil produksi padi menjadi lebih rendah.
Ani - ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi yang memiliki postur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya. Cara panen padi varietas baru padi unggul dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya.
Dengan memanen padi menggunakan cara tradisional mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan kerja pada buruh tani.
2. Hasil pemotongan gabah dengan sabit atau ani - ani ini lebih bersifat terpilih (dapat membedakan padi yang layak panen dan tidak layak panen).
3. Harga alat panen yang murah, sehingga bisa dimiliki oleh setiap petani.
Sedangkan kerugiannya, sebagai berikut :
1. Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2. Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan alat mekanis
3. Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat
mekanis, tapi biaya awal tidak ada.

2. Dengan Teknik atau Cara Mekanik
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah di introduksikan reaper, stripper dan combine harvester.
           
Cara Pemanenan Padi dengan Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.
Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut:
Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja, unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan, unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam, pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120 cm, unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang, motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM dan penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan pertanian dengan kondisi baik.
2.1.2 Penumpukan dan Pengumpulan Padi
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat Pedoman Penanganan Pasca Panen Padi 21 menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.
2.1.3 Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
a). Perontokan padi dengan cara digebot
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
 (1) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
(2) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
(3) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.

b). Perontokan padi dengan pedal thresher
Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntungan diantaranya dapat menghasilkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi , kehilangan bulir yang lebih rendah kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.
Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun, putaran poros pemutar memutar silinder perontok. putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok, dan arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (menjauh dari operator).

c). Perontokan dengan Mesin Power Thresher
       Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia.
Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
2.1.4) Pengupas                                                                                                  
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :
a. Motor penggerak
b. Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet
c. Pemisah gabah
d. Penyosoh
e. ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine
ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine adalah mesin pertanian yang dapat digunakan untuk merontokkan sekaligus mengupas padi menjadi beras dan memisahkan menirnya.  ITGM memiliki 4 bagian utama, yaitu :Thresher, Huller, Selector, Converyor .

2.1.5 Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
1. Penjemuran
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton.
2. Pengering Buatan
a. Flat Bed Dryer
Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari: (1) Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah. (2) Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. (3) Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.
b. Continuous Flow Dryer
Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge. Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
- Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

2.2 Kelapa Sawit
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Alat untuk panen kelapa sawit adalah :
1. Dodos merupakan alat panen untuk memotong buah kelapa sawit yang baru panen hingga berumur 10 tahun
2. Egrek merupakan alat panen untuk memotong buah kelapa sawit yang panen diatas 10 tahun.
3. Kampak merupakan alat panen untuk memotong tangkai atau gagang dan memotong pelepah.
4. Gancu merupakan alat panen untuk mengangkat buah ke angkong atau ke jalan
5. Angkong merupakan alat panen untuk mengangkat buah dari piringan ke tph.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1)      Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2)      Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
A.       Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah. Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pemrosesan buah kelapa sawit menjadi  minyak yaitu :
1.     Pengeringan Minyak (vacum dryer)
Vacum dryer adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dengan cara penguapan dalam kondisi hampa udara. Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah minyak dengan kadar air 0,1 – 0,15% dan kadar kotoran 0,013 – 0,015%.
Melalui tangki apung (float tank) inilah yang mengatur jumlah minyak, pertama minyak dialirkan ke vacum drayer. Minyak terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (nozzle) karena adanya hampa udara dan minyak terpencar kedalam tabung hampa. Uap air dari tabung hampa terhisap oleh ejector 1, masuk kedalam kondensor 1, sisa uap kondensor 1 terhisap oleh ejector 2, masuk kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihisap oleh ejector 3 dan dibuang ke atmosper atau udara. Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2 langsung dibuang. Minyak ditampung di Tangki Minyak produksi (oil transfer tank )dan selanjutnya dipompakan ketangki timbun. 

2. Saringan Bergetar (Vibrating Screen)
Saringan Bergetar digunakan untuk memisahkan benda-benda padat yang terikut minyak kasar. Benda-benda yang berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan ke bottom cross conveyor untuk diproses kembali. Cairan minyak ditampung dalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank / Bak RO). Saringan getar terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan masing-masing 2 M2. Tingkat atas memakai kawat saringan mesh 30 sedangkan tingkat bawah memakai mesh 40. Untuk memudahkan penyaringan maka pada waktu penyaringan masa minyak diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 60°C.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1)     Pengenceran dengan air diatur sehingga cairan dalam tangki mempinyai perbandingan 1 bagian minyak dan 2 bagian lumpur ( sludge ).
2) Jumlah getaran ayakan 1400 – 3000 getaran / menit.

3. Boiler
Boiler adalah alat yang di gunakan untuk menghasilkan steam.
A. Inspeksi dan Persiapan Pengapian boiler
Langkah persiapan yang harus dilakukan :
1) Yakinkanlah bahwa semua bagian-bagian yang berputar dan bergerak/bergeser telah diberi minyak pelumas secukupnya.
2) Masuklah ke dalam ruang pembakaran dan periksa secara berhati-hati kondisi roster, kondisi dinding dapur, dan nozel udara apakah ada kemungkinan tersumbat.
3) Yakinkanlah bahwa alat kontrol tekanan ruang dapur telah berfungsi dengan sempurna.
4) Periksa semua damper pengatur udara untuk dicoba dan diteliti ratio (perbandingan) pembukaan alat penyetel dengan posisi damper. Buka penuh damper Induced Draft fan.
5) Periksa kwantity (jumlah) bahan bakar apakah sudah cukup tersedia untuk pengoperasian awal.
6) Operasikan peralatan pengisi bahan bakar dalam keadaan kosong untuk meneliti fungsinya. Selanjutnya masukkan bahan bakar ke dalam ruang bakar hingga merata diatas rangka bakar dan lakukan pengapian untuk pemanasan awal dengan tanpa mengoperasikan komponen-komponennya kecuali Instrument Panel.
7) Untuk pengoprasian ketel, pada saat pemanasan awal keterangan blow down pada header Atas dan kerangan starting valve harus terbuka penuh. Kedua kerangan ini boleh ditutup penuh setelah main steam valve (kerangan utama) dibuka.
B.  Pengapian boiler
Setelah persiapan pengapian telah terpenuhi, yakinkan bahwa didalam ruang dapur telah menerima panas secara merata, dan dari keterangan Air Vent telah keluar steam yang berarti tidak akan terjadi pemuaian mendadak, dan telah diperoleh tekanan pada ketel min. 1-1,5 kg/cm2 selama pemanasan awal. Maka kita dapat melakukan pengapian dengan mengikuti prosedur dibawah ini :
1) Periksa Kondisi air dalam water level (gelas penduga).
2) Operasikan komponen-komponen seperti :
 Double damperØ  Draft ControlØ
Perhatikan jika ada kesalahan fungsinya.
3) Operasikan I.D.fan dengan damper ditutup sama sekali. Perlu diketahui bahwa didalam Boiler Panel dilengkapi dengan system Inter lock.
4) Setelah I.D. Fan beroperasi normal, posisikan handle draft control ke posisi Auto.
 30 – 40 %.
±
5) Operasikan F.D.Fan dengan damper utama ditutup sama sekali dan damper udara dibawah fire grate tetap buka
6) Operasikan jet Fan (2nd F.D.Fan) dengan damper utama dibuka 50-70%,  30 % dan damper udara ke chute bahan±damper ke ruang bakar dibuka  bakar sesuai kebutuhan (lihat posisi jatuhnya bahan bakar didalam ruang bakar). 15 menit untuk±Biarkan kondisi seperti ini selama  menstabilkan system balancing draft didalam ruang dapur.
7) Perhatikan bila boiler yang menggunakan Super Heater. Maka pada saat start pengoperasiannya kerangan blow down pada super heater dan starting valve harus terbuka 100% : gunanya agar kandungan air yang tertinggal didalam pipa super heater keluar. Kerangan blow down dari super heater ini dapat ditutup setelah Main Steam valve (kerangan utama) dibuka.
8) Operasikan alat pensupply bahan bakar (Rotary Feeder).
9) Karena pembakaran didalam ruang dapur belum besar, jatuhkan bahan bakar secara perlahan-lahan hingga tekanan furnace mencapai -5 s/d -10mm Ag, prosedure ini harus ditempuh secepat mungkin setelah tekanan dapur menaik, sebab kemungkinan timbul tekanan balik (back fire). Jangan berdiri tepat didepan lobang pengisian.
10) Tutup kerangan buang udara (Air Vent) bila tekanan Boiler mencapai 0,5 – 1 kg/cm2
11) Untuk menaikkan tekanan dapat dilakukan dengan jalan membuka damper utama F.D.Fan yang dapat dikontrol melalui instrument panel. Ikuti prosedur-prosedur menaikkan tekanan dibawah ini :
Untuk menaikkan tekanan harus ikut mempertimbangkan faktor thermal expansi (pemuaian panas) dari badan, dinding dapur dan bagian-bagian lain ketel agar tidak terjadi bahaya lanjutan akibat pemuaian paksa. Menaikkan tekanan dengan tiba-tiba akan mengakibatkan bahaya kebocoran atau retak pada pasangan batu api. Pada saat tekanan Boiler naik secara perlahan-lahan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Apabila Uap mulai terjadi, setiap kerangan uap harus dioperasikan untuk menjaga agar handle dari masing-masing kerangan itu dapat bergerak bebas walaupun ada thermal expansi.
2. Untuk Boiler baru, apabila tekanan mencapai 5-10 kg/cm2 setiap sambungan dengan mur pada tutup manhole harus dikencangkan kembali. Meter level air, kerangan pembuang, meter tekanan dan peralatan-peralatan lainnya harus diinspeksi kefungsiannya.
3. Apabila ketel telah mencapai tekanan kerja normal, kerangan pengaman (safety valve) harus dicoba kefungsiannya dengan jalan mengangkat handlenya untuk meyakinkan bahwa kerangan pengaman itu dapat bekerja dengan baik
4. Lakukan pemanasan pada steam pump, agar steam pum dapat tetap stand by untuk menjaga apabila arus listrik putus pada saat boiler sedang full operation.
5. Diperiksa bagian luar dari dapur dan ducting atas kemungkinan rusak yang disebabkan oleh thermal expansie.
6. Diteliti apakah ada kondisi yang kemungkinan abnormal pada setiap bagian yang berputar atau bergerak. Perhatian khusus diberikan pada kemungkinan terlalu panasnya Induced Draft fan.
7. Penyaluran uap pada waktu operasi normal dari ketel .
 Setiap kerangan pembuang (drain valve) pada pemipaan uap harus dibuka.
Þ
 Yakinkanlah bahwa tidak ada terjadi bahaya Hummering air, atau bunyi
Þ abnormal atau kebocoran setelah dibukanya keran stop utama.
 Pembukaan total kerangan uap uap utama secara tiba-tiba harusÞ dihindarkan. Yang dikhawatirkan kemungkinan turunnya tekanan secara tiba-tiba dan kenaikkan level air yang tiba-tiba, yang akan menyebabkan bahaya lanjutan. 
4. Digester
Fungsi dari digester adalah :
a) Untuk melepaskan daging buah dari nut (biji )
b) Untuk melumatkan buah agar efisien dalam proses pengempaannya
c) Untuk menaikkan temperature buah
d) Untuk melepaskan sel-sel minyak dari sel daging buah
e) Untuk mengalirkan sebagian minyak yang terbentuk di digester sehingga mengurangi volume pengempaan .
Digester merupakan sebuah tabung silinder vertical yang didalam nya dipasang pisau-pisau pengaduk. Dalam digester terdapat beberapa tingkat pisau yang terikat pada poros dan di gerakkan oleh motor listrik. Pisau bagian atas digunakan untuk mencacah/melumat borondolan, dan pisau bagian bawah (Stirring arm bottom) digunakan untuk mendorong massa keluar dari ketel adukan menuju screw press
Untuk memudahkan pencacahan/pelumatan diperlukan panas 90-95oC, yang menggunakan tekanan uap langsung sebesar 3 kg/cm2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengadukan, yaitu :
a) Kematangan buah yang direbus, jika buah mentah maka daging buah sulit dilepas dari nut dan sulit dilumat.
b) Volume digester minimal ¾ penuh
c) Waktu pengadukan pada digester yang baik adalah ±20 menit.
d) Temperature yang terlalu rendah dapat mengakibatkan minyak sulit dipress karena kekentalan minyak rendah.


5. Sentripusi Sludge (Sludge Separator)
Sentripusi Sludge berfungsi untuk mengutip minyak yang masih terkandung dalam sludge. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu (paringan disc) menuju reclaimed oil tank dan kemudian akan di pompakan ke tangki pemisah (continuous settling tank). Cairan dan sludge yang berat jenisnya lebih besar terdorong kebagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengoperasiannya, yaitu :
1. Suhu sludge yang masuk harus di kontrol sekitar 90-950C
2. Penambahan air uuntuk dilusi harus menggunakan air panas
3. Setiap empat jam dilakukan pencucian bowl
4. pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh dilakukan setiap hari
 

6. Screw Press
Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah dan biji. Alat ini terbuat dari sebuah tabung berlubang-lubang yang di dalamnya terdapat dua buah screw yang pada ujungnya terdapat konus yang dapat maju mundur secara hidrolis. Massa yang keluar dari ketel adukan melalui feed screw (sebagian minyak keluar) masuk ke dalam main screw lalu ditampung dalam talang minyak oil gutter. Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap pada digester dan penambahan air panas pada temperatur 90-95oC. Ampas akan diolah untuk mendapatkan inti (kernel).
Pelumatan pada screw press memakai air pengencer yang berfungsi untuk mempermudah pemerasan minyak pada fibre, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pengentalan (emulsi).



Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengempaan :
1)     Pada pengempaan dilakukan injeksi uap dan air panas pada temperature 90-95oC.
2)     2) Penekanan harus dilakukan berangsur – angsur dari tekanan rendah ke tekanan tinggi ±40 bar.
Tekanan kempa yang terlalu tinggi menyebabkan :
1) Jumlah biji pecah bertambah
2) Jumlah serat – serat halus yang terikut minyak bertambah sehingga mempersulit prosess selanjutnya.
Tekanan kempa yang rendah menyebabkan :
1) Cake basah, kerugian minyak pada ampas dan biji tinggi.
2) Pemisahan biji dan ampas tidak sempurna.
3) Ampas menjadi basah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan baku ketel uap.
4) Jumlah air pengencer, air pengencer yang terlalu berlebihan dapat mempengaruhi kandungan air cake yang tinggi, sehingga pemecahan cake akan lebih sulit pada CBC (Cake Breaker Conveyor)
5) Pemberian air dilakukakn dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian tengah atau di chute screw press.


7. Sentripusi Minyak (Oil Purifier)
Sentripusi Minyak adalah alat yang digunakan untuk mengurangi kadar air dan kadar kotoran pada minyak produksi dengan mekanisme gaya sentrifugal, prinsip kerjanya adalah gerakan putar dengan kecepatan antara 5000-6000 rpm dan suhu minyak diusahakan 90 – 950C. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak ke arah poros, dan terdorong keluar oleh sudu – sudu, sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong kearah dinding bowl. Air keluar, dan padatan melekat pada dinding bowl yang dapat di bersihkan dengan pencucian. 
8. Drum Pemolis (Polishing Drum)
Polishing drum adalah alat yang berfungsi untuk membersihkan serat-serat yang masih melekat pada biji dan juga memisahkan biji-biji kecil dan inti pecah yang terikut. Pollishing drum terdiri dari sebuah drum yang diputar oleh sebuah rantai dan sisi di ujung drum berlubang-lubang sesuai ukuran nut.

9. Hydrocyclone
       Hydrocyclone merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk memisahkan inti dan cangkang dengan berdasarkan gravity dengan media air. Cangkang dan inti masuk ke Bak Hydrocyclone dipompakan ke cyclone inti berdasarkan putaran air melalui cones dengan diameter 45-48 mm, lalu inti yang ringan naik keatas masuk ke tromol inti, untuk selanjutnya dikirim ke kernel driyer. Sedangkan fraksi berat (cangkang) jatuh ke bawah masuk ke bak Hydrocyclone cangkang dan dipompakan ke cyclone cangkang berdasarkan putaran melalui cones dengan diameter 53-55 mm untuk pemisahan kembali. Cangkang ke Hopper cangkang, sedang intinya masuk ke bak Hydrocyclone inti untuk proses pemisahan kembali.

10. Rebusan(Sterilizer)

Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau sterilisasi yang dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser) dengan menggunakan uap air jenuh (saturated steam). Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air di dalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat juga mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas steam yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna.
Proses perebusan TBS dilakukan dengan tujuan:
1.   Menghentikan aktifitas enzim lipase yang dapat menjadi katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya untuk menjadi Asam Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim akan berhenti jika diberikan suhu minimum 50oC, pada proses perebusan temperatur di dalam steriliser mencapai 120oC dengan tekanan 2,8 bar.

2. Melepaskan buah dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat di pangkal buah, dengan demikian akan mempermudahkan brondolan lepas dari tandannya pada saat proses penebahan dan juga akan mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit.

3. Melunakkan daging buah sehingga mudah diaduk dan memudahkan pemisahan minyak dan cake ketika dikempa.

4. Pengurangan kadar air dalam buah dan inti, sehingga memudahkan pemisahan partikel–partikel minyak dari pericarp dan serat-serat dari biji selama pengadukan ataupun saat proses pemisahan serat dengan biji serta pengeringan inti (dehidrasi) di dalam notten akan mempermudah lepasnya (lekang) inti dari cangkang saat poses pemecahan biji.
5. Memecah emulsi di dalam pericarp dengan pemanasan yang mampu menyusup sampai ke dalam daging buah sehingga memudahkan pemisahan minyak dan air pada CST.


BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Penggunaan alat dan mesin dalam pemanenan padi dapat meningkatkan efektifitas dan pendapatan petani serta mampu mengurangi lama nya waktu bekerja dan jumlah pekerja,sehingga dengan demikian biaya produksi tidak terlalu besar dan biaya pendapatan dapat meningkat.
            Alat yang umum digunakan untuk panen kelapa sawit ini ada dua jenis dan dibedakan dari umur tanaman itu sendiri, alat yang digunakan untuk tanaman yang berumur < 7 tahun adalah dodos sedangkan tanaman yang berumur > 7 tahun alat yang digunakan yaitu egrek.
3.2 Saran
Alat yang digunakan untuk panen padi harus sesuai dengan varietas yang di gunakan agar hasil panen yang di peroleh dapat maksimal.
            Sebaik nya alat panen yang digunakan pada tanaman sawit ini di bantu dengan tenaga mesin agar lebih menghemat waktu dan tenaga kerja.


DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. (1999). Usaha Tani Dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta: kanisius.
Kader, A. A. (2002). post harvest tecnology of horticultural crops. california: university of california.
Pitojo, S. (2000). Budidaya Kesemek. yogyakarta: kanisius.
          Sudiarto, F. (2000). Dasar Pengawetan Pangan. yogyakarta: kanisius.
Anonim 2013. Mekanisasi Pertanian. http://fitoremediasi.blogspot.com/2009/02/mekanisasi-pertanian mekanisasi.html. Diakses pada hari Kamis, 03 Mei 2013.
Anonim  2013. Pengenalan alat dan mesin pertanian. http://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:K1dz5itXDmIJ:bos.fkip.uns.ac.id  pub/ono/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/mekanisasi pertanian/pengenalan_alat_dan_mesin_pertanian. Diakses pada hari Kamis, 03 Mei 2013
Anonim. 2013. Aspek Dukungan Mekanisasi Pertanian. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0104-MEKTAN.pdf. Diakses pada hari Kamis, 03 Mei 2013