Senin, 21 Oktober 2013

Upaya peningkatan Produksi Tanaman Durian



I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon dan merupakan buah musiman yang menjadi salah satu komoditas hortikultura. Nama durian diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Permintaan akan buah durian di pasaran dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian. Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu pilihan untuk memperoleh bibit unggul. Salah satu cara yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah dengan grafting. Pada perbanyakan vegetatif yaitu grafting yakni dilakukan persemaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi, yaitu sekitar 80%. Dengan cara ini didapatkan tanaman durian bermutu dalam waktu singkat dan merupakan alternatif untuk meningkatkan produksi. Selain itu, dengan cara ini mutu genetik dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dan diperoleh pohon yang dapat berbuah lebih cepat serta bermutu produksi yang lebih baik. Oleh karena itu, kami akan membahas tentang grafting pada tanaman durian sehingga dapat meningkatkan produktivitas buah durian.



1.2  Tujuan
            Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman durian dengan teknik grafting sehingga dapat meningkatkan hasil produksinya.
1.3  Manfaat
Sebagai sarana pembibitan yang cepat mudah dan menghasilkan bibit unggul yang berkualitas tinggi sehingga menambah produktivitas durian unuk memenuhi permintaan pasar.












II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Grafting atau penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan sebagai metode grafting. Perbanyakan tanaman dengan cara grafting merupakan teknik perbanyakan yang mahal karena memerlukan banyak tenaga terlatih dan waktu. Teknik ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan atau dengan cangkok.
Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara-cara tersebut, tetapi mudah dilakukan penyambungan, misalnya pada manggis, mangga, belimbing, jeruk dan durian. Aplikasi grafting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi, dalam kasus self-incompability atau tanaman berumah dua.
Alasan lain untuk melakukan grafting, yaitu:
  1. memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat dan toleran terhadap lingkungan tertentu;
  2. mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi yang disebut top working;
  3. mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal;
  4. mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi;
  5. mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus;
  6. memperbaiki kerusakan pada tanaman.
(Ashari, 1995)
2.2 Proses Pertautan Sambungan
Proses pertautan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan atau pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali.
Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Hal ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan.
Dalam melakukan grafting, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompabilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan prosentase kompabilitas tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing.
(Ashari, 1995)
Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:
  1. tingkat keberhasilan sambungan rendah;
  2. pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh terlihat daunnya menguning, rontok dan mati tunas;
  3. mati muda pada bibit sambungan;
  4. terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dengan batang atas;
  5. terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah.
(Hartmann et al, 1997)
Gbr : contoh inkompatibilitas
Agar prosentase dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sambung tunas atau grafting, yaitu:
  1. batang atas dan batang bawah harus kompatibel;
  2. jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan;
  3. dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat;
  4. pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk;
  5. tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching).
(Ashari, 1995)
2.3 Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas
Pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain:
  1. mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya
  2. mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas
  3. mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah
  4. resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas.
(Ashari, 1995)
2.4 Perbanyakan Batang Bawah
Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tananaman vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji. Batang bawah tanaman jeruk diproduksi dari biji apomiksis dan secara genetik seragam. Metode perbanyakan batang bawah ini lebih efisien dan hemat.
(Hartmann et al, 1997)
III. PEMBAHASAN
3.1 Penyiapan Batang Bawah
Penyiapan Polybag Tempat Semai
Polybag yang digunakan berukuran 15cm x 20cm (diameter x tinggi). Media tumbuh untuk persemaian terdiri dari campuran tanah top soil dan pupuk kandang dari kotoran kambing (1 : 1) yang dimasukkan ke dalam polybag sampai 90% terlihat penuh. Pupuk kandang yang digunakan harus dalam kondisi matang.
3.2 Persiapan Entris
Potong cabang (pucuk) entris dari pohon induk pilihan dengan gunting pangkas. Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber batang atas (entris) yang sudah produktif yang berasal dari biji ataupun hasil perbanyakan vegetatif. Entris dikumpul dan dikemas dengan kulit batang pisang, kemudian dibawa ke tempat persemaian dan diletakkan di tempat teduh dekat sumber air.
3.3 Pelaksanaan Mini Grafting
-          Potong ujung batang bawah tepat 1 cm di bagian epikotil.
-          Sayat membentuk celah atau huruf “V” sepanjang 2 – 4 cm.
-          Potong pangkal cabang entris yang mengandung 2 – 3 mata tunas, dan 2/3 bagian dari lembar daunnya dihilangkan.
-          Pangkal cabang entris tersebut disayat pada kedua belah sisinya hingga membentuk baji sepanjang 2 – 4 cm
-          Masukkan entris ke celah batang bawah, dan diusahakan antara sisi keduanya bertemu secara tepat.
-          Balut dengan isolasi paralon atau tali rafiah, selanjutnya sungkup menggunakan kantong plastik.  Tujuan penyungkupan adalah untuk menjaga kelembapan agar tetap tinggi dan mengurangi penguapan di sekitar sambungan dengan plastik bening atau plastik es.
  
Gbr. Proses Grafting (http://www.google.com/Grafting _durian)
-          Tempatkan tanaman yang sudah tersambung di tempat yang teduh atau diberi naungan agar terhindar dari panas matahari langsung.


3.4 Pemeliharaan Bibit Mini Grafting
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan teknik mini grafting dilakukan pemeriksaan terhadap bidang sambungan pada umur 15 hari setelah penyambungan. Bila bidang sambungan berwarna hijau segar dan tampak tumbuh tunas baru, pertanda penyambungan berhasil. Sebaliknya bila bidang sambungan berwarna coklat atau kering, berarti mini grafting tersebut gagal.
Sekitar 2-3 minggu sungkup sudah bisa dibuka namun plastik pengikat sambungan baru bisa dibuka setelah sambungan berumur 1 – 1,5 bulan. Pemeliharaan secara intensif sambungan terutama penyiraman, pengendalian OPT pada masa-masa pertumbuhan 2 – 3 bulan setelah pelepasan ikatan. Penyemprotan dengan insektisida dilakukan apabila terdapat hama. Biasanya hama dikendalikan dengan menggunakan Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC dengan konsentrasi 2 cc/l air. Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air, atau diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang dilakukan sebulan sekali. Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Penyiangan rumput pengganggu, juga dilakukan karena rumput selalu bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan sinar matahari.
3.5 Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lapangan setelah berumur 6 – 18 bulan. Sebelum bibit dipindahkan, terlebih dahulu dibuat lubang tanam berukuran daun cangkul atau disesuaikan dengan bidang perakaran bibit durian. Perhatikan waktu tanam bibit durian agar bagian sambungan tidak tertutup oleh tanah.
 3.6 Keuntungan dan Kerugian
3.6.1 Keuntungan
a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).
3.6.2 Kerugian
a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang
b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan rootstock
3.7 Sifat durian dari hasil grafting
Metode mini grafting merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatf (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman yang berasal dari satu family. Kedua tanaman (bagian tanaman) yang disatukan masing-masing mempunyai keunggulan misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
 
Kombinasi dari bagian tanaman yang disatukan akan berkembang membentuk tanaman baru, dan tanaman tersebut merupakan hasil perbanyakan secara vegetatif, dengan kelebihan yang dimilikinya antara lain : mempercepat masa berbuah yakni umur 4 – 7 tahun, mendapatkan tanaman dengan ukuran yang lebih pendek, dapat mempertahankan sifat genetis yang berasal dari induknya misalnya ukuran buah, daging yang tebal dan rasa manis serta sifat ketahanan terhadap penyakit.
3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
  1. Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.
  2. Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
  3. Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.
  4. Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.
  5. Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-ulang.
  6. Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.
  7. Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.
  8. Setelah scion mengeluarkan tunas dengan ketinggian tunas ± 3 cm plastik yang mengkerudungi grafting dibuka dengan cara menggunting sudut plastik sedikit demi sedikit supaya tunas yang baru tumbuh tersebut tidak kepanasan, sampai tunas itu kuat terhadap terik matahari.
  9. Usahakan rootstock dalam kondisi lembab, jangan sampai kekeringan dengan menyiram bila rootstock kering.
  10. Lepaskan pita pengikat sambungan pada saat sambungan telah bertunas dan telah bersatu antara kambium batang bawah dengan kambium batang atas.
  11. Hilangkan tunas-tunas yang tumbuh pada rootstocknya sehingga makanan dan energi bisa terfokus untuk keberhasilan penyambungan.
  12. Sangga tanaman sambungan jika tanaman tersebut tidak cukup kuat untuk menyangga dirinya sendiri.








IV. PENUTUP
4.1  Kesimpulan
            Mini grafting merupakan suatu teknik budidaya tanaman Durian dengan menggabungkan teknik pernamyakan generative ( untuk batang bawah ) dan teknik perbanyakan secara vegetative ( untuk entres ). Teknik ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan atau dengan cangkok..
4.2  Saran
Pada penyambungan tanaman durian dengan metode grafting, agar menghasilkan bibit unggul sebaikknya harus dilakukan perawatan secara berkala seperti dilakukan penyiraman dan pengendalian OPT.










DAFTAR PUSRTAKA
Anonymous, 2013. Gambar Grafting. (Online) http://www.google.com/Grafting _durian. diakses pada tanggal 10 OKTOBER 2013
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.

2 komentar:

  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan REFRACTOMETER BRIX untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus
  2. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan REFRACTOMETER BRIX untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus