Senin, 21 Oktober 2013

Upaya peningkatan Produksi Tanaman Durian



I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon dan merupakan buah musiman yang menjadi salah satu komoditas hortikultura. Nama durian diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Permintaan akan buah durian di pasaran dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian. Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu pilihan untuk memperoleh bibit unggul. Salah satu cara yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah dengan grafting. Pada perbanyakan vegetatif yaitu grafting yakni dilakukan persemaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi, yaitu sekitar 80%. Dengan cara ini didapatkan tanaman durian bermutu dalam waktu singkat dan merupakan alternatif untuk meningkatkan produksi. Selain itu, dengan cara ini mutu genetik dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dan diperoleh pohon yang dapat berbuah lebih cepat serta bermutu produksi yang lebih baik. Oleh karena itu, kami akan membahas tentang grafting pada tanaman durian sehingga dapat meningkatkan produktivitas buah durian.



1.2  Tujuan
            Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman durian dengan teknik grafting sehingga dapat meningkatkan hasil produksinya.
1.3  Manfaat
Sebagai sarana pembibitan yang cepat mudah dan menghasilkan bibit unggul yang berkualitas tinggi sehingga menambah produktivitas durian unuk memenuhi permintaan pasar.












II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Grafting atau penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan sebagai metode grafting. Perbanyakan tanaman dengan cara grafting merupakan teknik perbanyakan yang mahal karena memerlukan banyak tenaga terlatih dan waktu. Teknik ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan atau dengan cangkok.
Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara-cara tersebut, tetapi mudah dilakukan penyambungan, misalnya pada manggis, mangga, belimbing, jeruk dan durian. Aplikasi grafting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi, dalam kasus self-incompability atau tanaman berumah dua.
Alasan lain untuk melakukan grafting, yaitu:
  1. memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat dan toleran terhadap lingkungan tertentu;
  2. mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi yang disebut top working;
  3. mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal;
  4. mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi;
  5. mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus;
  6. memperbaiki kerusakan pada tanaman.
(Ashari, 1995)
2.2 Proses Pertautan Sambungan
Proses pertautan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim. Sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan atau pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali.
Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Hal ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan.
Dalam melakukan grafting, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompabilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan prosentase kompabilitas tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing.
(Ashari, 1995)
Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:
  1. tingkat keberhasilan sambungan rendah;
  2. pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh terlihat daunnya menguning, rontok dan mati tunas;
  3. mati muda pada bibit sambungan;
  4. terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dengan batang atas;
  5. terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah.
(Hartmann et al, 1997)
Gbr : contoh inkompatibilitas
Agar prosentase dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sambung tunas atau grafting, yaitu:
  1. batang atas dan batang bawah harus kompatibel;
  2. jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan;
  3. dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat;
  4. pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk;
  5. tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching).
(Ashari, 1995)
2.3 Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas
Pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain:
  1. mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya
  2. mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas
  3. mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah
  4. resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas.
(Ashari, 1995)
2.4 Perbanyakan Batang Bawah
Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tananaman vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji. Batang bawah tanaman jeruk diproduksi dari biji apomiksis dan secara genetik seragam. Metode perbanyakan batang bawah ini lebih efisien dan hemat.
(Hartmann et al, 1997)
III. PEMBAHASAN
3.1 Penyiapan Batang Bawah
Penyiapan Polybag Tempat Semai
Polybag yang digunakan berukuran 15cm x 20cm (diameter x tinggi). Media tumbuh untuk persemaian terdiri dari campuran tanah top soil dan pupuk kandang dari kotoran kambing (1 : 1) yang dimasukkan ke dalam polybag sampai 90% terlihat penuh. Pupuk kandang yang digunakan harus dalam kondisi matang.
3.2 Persiapan Entris
Potong cabang (pucuk) entris dari pohon induk pilihan dengan gunting pangkas. Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber batang atas (entris) yang sudah produktif yang berasal dari biji ataupun hasil perbanyakan vegetatif. Entris dikumpul dan dikemas dengan kulit batang pisang, kemudian dibawa ke tempat persemaian dan diletakkan di tempat teduh dekat sumber air.
3.3 Pelaksanaan Mini Grafting
-          Potong ujung batang bawah tepat 1 cm di bagian epikotil.
-          Sayat membentuk celah atau huruf “V” sepanjang 2 – 4 cm.
-          Potong pangkal cabang entris yang mengandung 2 – 3 mata tunas, dan 2/3 bagian dari lembar daunnya dihilangkan.
-          Pangkal cabang entris tersebut disayat pada kedua belah sisinya hingga membentuk baji sepanjang 2 – 4 cm
-          Masukkan entris ke celah batang bawah, dan diusahakan antara sisi keduanya bertemu secara tepat.
-          Balut dengan isolasi paralon atau tali rafiah, selanjutnya sungkup menggunakan kantong plastik.  Tujuan penyungkupan adalah untuk menjaga kelembapan agar tetap tinggi dan mengurangi penguapan di sekitar sambungan dengan plastik bening atau plastik es.
  
Gbr. Proses Grafting (http://www.google.com/Grafting _durian)
-          Tempatkan tanaman yang sudah tersambung di tempat yang teduh atau diberi naungan agar terhindar dari panas matahari langsung.


3.4 Pemeliharaan Bibit Mini Grafting
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan teknik mini grafting dilakukan pemeriksaan terhadap bidang sambungan pada umur 15 hari setelah penyambungan. Bila bidang sambungan berwarna hijau segar dan tampak tumbuh tunas baru, pertanda penyambungan berhasil. Sebaliknya bila bidang sambungan berwarna coklat atau kering, berarti mini grafting tersebut gagal.
Sekitar 2-3 minggu sungkup sudah bisa dibuka namun plastik pengikat sambungan baru bisa dibuka setelah sambungan berumur 1 – 1,5 bulan. Pemeliharaan secara intensif sambungan terutama penyiraman, pengendalian OPT pada masa-masa pertumbuhan 2 – 3 bulan setelah pelepasan ikatan. Penyemprotan dengan insektisida dilakukan apabila terdapat hama. Biasanya hama dikendalikan dengan menggunakan Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC dengan konsentrasi 2 cc/l air. Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air, atau diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang dilakukan sebulan sekali. Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Penyiangan rumput pengganggu, juga dilakukan karena rumput selalu bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan sinar matahari.
3.5 Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lapangan setelah berumur 6 – 18 bulan. Sebelum bibit dipindahkan, terlebih dahulu dibuat lubang tanam berukuran daun cangkul atau disesuaikan dengan bidang perakaran bibit durian. Perhatikan waktu tanam bibit durian agar bagian sambungan tidak tertutup oleh tanah.
 3.6 Keuntungan dan Kerugian
3.6.1 Keuntungan
a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).
3.6.2 Kerugian
a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang
b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan rootstock
3.7 Sifat durian dari hasil grafting
Metode mini grafting merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatf (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman yang berasal dari satu family. Kedua tanaman (bagian tanaman) yang disatukan masing-masing mempunyai keunggulan misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
 
Kombinasi dari bagian tanaman yang disatukan akan berkembang membentuk tanaman baru, dan tanaman tersebut merupakan hasil perbanyakan secara vegetatif, dengan kelebihan yang dimilikinya antara lain : mempercepat masa berbuah yakni umur 4 – 7 tahun, mendapatkan tanaman dengan ukuran yang lebih pendek, dapat mempertahankan sifat genetis yang berasal dari induknya misalnya ukuran buah, daging yang tebal dan rasa manis serta sifat ketahanan terhadap penyakit.
3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
  1. Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.
  2. Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
  3. Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.
  4. Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.
  5. Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-ulang.
  6. Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.
  7. Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.
  8. Setelah scion mengeluarkan tunas dengan ketinggian tunas ± 3 cm plastik yang mengkerudungi grafting dibuka dengan cara menggunting sudut plastik sedikit demi sedikit supaya tunas yang baru tumbuh tersebut tidak kepanasan, sampai tunas itu kuat terhadap terik matahari.
  9. Usahakan rootstock dalam kondisi lembab, jangan sampai kekeringan dengan menyiram bila rootstock kering.
  10. Lepaskan pita pengikat sambungan pada saat sambungan telah bertunas dan telah bersatu antara kambium batang bawah dengan kambium batang atas.
  11. Hilangkan tunas-tunas yang tumbuh pada rootstocknya sehingga makanan dan energi bisa terfokus untuk keberhasilan penyambungan.
  12. Sangga tanaman sambungan jika tanaman tersebut tidak cukup kuat untuk menyangga dirinya sendiri.








IV. PENUTUP
4.1  Kesimpulan
            Mini grafting merupakan suatu teknik budidaya tanaman Durian dengan menggabungkan teknik pernamyakan generative ( untuk batang bawah ) dan teknik perbanyakan secara vegetative ( untuk entres ). Teknik ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan atau dengan cangkok..
4.2  Saran
Pada penyambungan tanaman durian dengan metode grafting, agar menghasilkan bibit unggul sebaikknya harus dilakukan perawatan secara berkala seperti dilakukan penyiraman dan pengendalian OPT.










DAFTAR PUSRTAKA
Anonymous, 2013. Gambar Grafting. (Online) http://www.google.com/Grafting _durian. diakses pada tanggal 10 OKTOBER 2013
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.

Selasa, 08 Oktober 2013

BUDIDAYA TANAMAN SHORGUM ( Shorgum bicolor L )

Pengembangan tanaman serealea selain padi dan jagung perlu dilakukan untuk
menunjang pengembangan diservikasi pangan sebagai bahan alternatif guna memenuhi
kebutuhan pangan (hidup) dimasa mendatang. Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang
tak kalah dengan tanaman pangan lain seperti : daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, dapat diratun, dan sangat cocok dikembangkan di daerah marginal. Seluruh bagian tanaman mempunyai nilai ekonomis. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman,bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dansebagainya.


Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur,
air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan di lahan berpasirpun sorgum dapat
dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500m dpl
tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhanya dan memiliki umur yang panjang.
Tanaman sorgum sebenarnya sudah lama dikenal dan sudah banyak ditanam petani di
Indonesia. Namun tampaknya, tanaman ini kurang berkembang dengan baik. Pengembangan
jenis tanaman pangan ini akan dapat berhasil apabila dikelola dengan baik.


A. Penyiapan Lahan dan Pengelolaan Tanah

Pengolahan tanah paling baik dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam.

1. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul atau
dibajak 2 kali setelah itu digaru dan diratakan.

2. Dibuat saluran drainase disekeliling atau ditengah lahan.Untuk lahan yang hanya
mengandalkan residu air tanah, pengolahan dilakukan secara ringan dengan
mencangkul tipis permukaan tanah untuk mematikan gulma. Pengolahan tanah secara
ringan sangat efektif untuk manghambat penguapan air tanah sampai tanaman panen.

3. Tanah yang sudah diolah sebaiknya diberi pupuk organik, misalnya pupuk kandang
atau kompos.

Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar
persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma.


B. Pemilihan Varietas


Varietas unggul yang dianjurkan untuk ditanam harus memeperhatikan kegunaan dan
lingkungan tumbuhnya. Untuk keperluan konsumsi pangan manusia (pangan) varietas yang
dianjurkan antara lain UPCA SI, Keris, Badik dan Hegari Genjah. Karena varietas ini
mempunyai keunggulan berumur genjah, tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa
sebagai nasi cukup enak. Varetas Numbu dan Kawali yang dilepas tahun 2001 juga
mempunyai rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang.
Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyalit, tahan rebah,
tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersediaan airnya terbatas dan
masa tanam yang singkat dipilih varietas-varietas umur genjah seperti Keris, Badik, Lokal
Muneng dan Hegari Genjah. Ditinjau dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya
jauh lebih rendah daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat
segera dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat kekeringan.


C. Penanaman


Sorgum dapat ditanam pada sembarang musim asalkan pada saat tanaman muda tidak
tergenang atau kekeringan. Namun, waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan
atau awal musim kemarau. Kebutuhan benih untuk bertanam sorgum berkisar 10 kg/ha
dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm cm atau 60 cm x 20 cm tergantung tingkat kesuburan
tanah. Menanam sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya menanam jagung,
bila jaraknya tidak terlalu rapat. Lubang tanam diisi sekitar 3-5 biji benih, kemudian ditutup
dengan tanah ringan. Pada saat tanam, dibuat juga lubang pupuk dengan tugal sejauh 15 cm
dari lubang tanam.


D. Pemupukan


Sebaiknya pemupukan diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan
cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat
kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara umum dosis yang dianjurkan adalah
200kg urea, 100kg TSP atau SP36 san 50kg KCL. Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali,
yaitu 1/3 bagian diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar bersama-sama pemberian
pupuk TSP/SP36 dan KCL. Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan setelah
tanam. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara ditugal sejauh 7 cm dari lubang
tanam,sedang KCL dalam lubang di sisi yang lain. Pemupukan kedua juga ditugal sejauh ± 15
cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah. Lubang tugal baik untuk pupuk dasar
maupun susulan sedalam ± 10 cm.


E. Pemeliharaan

1. Pengairan


Walaupun tanaman tahan terhadap kekeringan, namun pada fase awal pertumbuhan
membutuhkan air yang cukup.



2. Penjarangan Tanaman

Tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam dilakukan penjarangan agar diperoleh
tanaman sorgum yang tumbuh subur dan berproduksi tinggi. Caranya, dengan
mencabut rumpun tanaman yang kurang baik dan hanya disisakan 2 rumpun tanaman
untuk dipelihara hingga panen.

3. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) hingga
perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman utama.
Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur disuatu tempat agar
membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.

4. Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum,
kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum shingga
sehingga membentuk gundukan-gundukan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan
batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru
pada pangkal batang.

5. Hama Penyakit dan Cara Pengendaliannya

1) Colletortichum gramini colum (Ces.) G.W. Wild (Penyakit Bercak Daun)

Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warna kemerah-merahan atau
keungu-unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan bagian
dalam buku berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara luas. Bercak
daun mengakibatkan daun mengering, karena itu butir menjadi hampa, sementara
busuk merah menyebabkan batang berair dan patah.

2) Helmithosporium turcicum Pass (Penyakit Blight)

Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab.
Serangan penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau
kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang
pembibitan maupun tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.

3) Puccinia purpurea Cooke

Penyakit karat sering terjadi secara luas pada sorgum tetapi pertumbuhan penyakit
tidak berlangsung lagi apabila tanaman sorgum telah mencapai dewasa.

4 ) Atherigona varia Soccata (Rond.) (Lalat Bibit Sorgum).

Hama ini merupakan hama yang utama di daerah tropis. Prinsip pengendaliannya
adalah dengan penanaman pada waktunya (tanam serempak) dan menanam kultivar
yang mempunyai kemampuan memulihkan luka setelah diserang.

5) Prodenia Litura F. (Ulat dawn).

Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis yang
dianjurkan.

F. Panen

Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan tergantung varietas.
Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada umur setelah biji
terbentuk atau dengan melihat ciri-ciri visual biji. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah
melihat adanya ciri-ciri seperti daun-daun berwarna kuning dan mengering, biji-biji bernas
dan keras serta berkadar tepung maksimal.

G. Budidaya Lanjutan

Untuk meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan cara
ratun yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen pertama yang dilanjutkan
dengan pemeliharaan tunas –tunas baru pada periode kedua. Adapun tatacara budidaya
sorgum ratun setelah panen musim pertama adalah sebagai berikut :

1. Setelah panen pertama segera dilakukan pemotongan batang yang tua tepat di atas
tanah.

2. Tanah dan di sekitar sorgum dibersihkan dari rumput liar dan gulma.

3. Dibuatkan larikan kecil sejauh 10-15 cm dari pangkal batang tanaman sorgum
kemudian disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg TSP +50 kg
KCL per hektar. Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan berupa 90 kg
Urea/ha.

4. Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan baik seperti
Pada pemeliharaan tanaman periode pertama.

Pada stadium buah tua dilakukan panen musim kedua. Pemotongan harus tepat
dilakukan diatas permukaan tanah agar tunas-tunas baru tumbuh dari bagian batang yang
berada pada dalam tanah.



I. Pasca Panen

1. Pengeringan.

Biasanya pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar
air biji mencapai 10 - 12 %.

2. Penyimpanan

Bila biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang), maka tinggi gudang
harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah
timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan
suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari
bahan besi, karma sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum disimpan biji harus
kering, bersih dan utuh (tidak pecah).

J. Pengolahan

• Bergs Sorgum (bergs sorgum giling)

Bergs Sorgum yang dimaksud adalah biji Sorgum lepas kulit sebagai hasil penyosohan
sehingga diperoleh bergs sorgum giling. Untuk menyosoh biji sorgum digunakan
mesin yang terdiri dari silinder gurinda batu, sehingga bergs yang dihasilkan putih
bersih. Dengan sifat ini ternyata sorgum jenis non waxy dapat digunakan sebagai nasi,
bubur dan bentuk olahan lain. Sedangkan jenis sorgum ketan (waxy Sorgum) yang
rasanya pulen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minyak (snack) seperti tape,
Temper, rengginang dan wajik.

• Tepung Sorgum.

Tepung sorgum dapat diperoleh dengan menggiling bergs sorgum dalam mesin yang
dilengkapi dengan silinder besi yang tajam dan licin. Campuran 60% tepung kedelai
dengan 30% tepung sorgum dapat menghasilkan roti dan kue yang cukup baik dan
murah harganya.

• Uji ( thin poridge )

Jenis makanan ini terbuat dari tepung sorgum dan banyak dipakai di negara kenya,
Tanzania, Uganda, Sudan dan India dengan nama yang berbeda-beda. Uji dibuat dari
1 bagian tepung sorgum. 3 - 4 bagian air, satu bagian susu cair dan gula secukupnya.
Cara membuat:

Mula-mula tepung dicampur bagian air yang tersedia, tutup wadahnya dan biarkan
selama 24 jam. Air yang tersisa didihkan dan ditambahkan pada tepung yang
terfermentasi tadi, kemudian dimasak selama 10-15 menit sehingga halus dan kental
lalu tambahkan gula selanjutnya dihidangkan.

• I Ugali ( Stift Oorrid)

Jenis makanan ini berasal dari Uganda dan Kenya dengan nama Tuwo dan di India
disebut sangat.
Cara membuat ugali sama dengan membuat uji. hanya disini tepung yang digunakan
jumlahnya lebih banyak dan berasal dari biji yang disangrai. kecambah atau biji yang
dikuliti. Selama ditanak. ugali tidak menyebar atau tidak meleleh bila dimasukkan ke
dalam air dingin.