1. PENDAHULUAN
Makhluk
hidup di dunia ini tak kan bisa lepas dari peranan tanah. Khusunya
manusia, pasti akan membutuhkan tanah, yang secara umum dapat digunakan
sebagai tempat tinggal, begitupun juga makhluk hidup yang lain yang
berpijak di atas daratan berupa tanah.
Berdasarkan
pendekatan Geologi, tanah memiliki definisi yaitu lapisan permukaan
bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian
pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan
partikel halus). Artinya dalam definisi tersebut hanya melihat tanah
secara umum sama seperti pengertian tanah dengan pendekatan Pedologi
yaitu bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi,
yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
Pendekatan Pedologi adalah pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu
Pengetahuan Alam Murni, apa adanya, dan tidak mengaitkan dengan
kepentingan tertentu. Kajian pendekatan Pedologi meliputi: Fisika Tanah,
Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah, Survei
dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.
Namun,
jika dilihat dari kacamata mahasiswa pertanian tentunya tanah memiliki
peran khusus sebagai media tumbuh tanaman, yaitu dengan pendekatan
Edapologi. Dalam pendekatan Edapologi tersebut dikhususkan peranan tanah
sebagai media tumbuh tanaman, jadi bagaimana mengolah tanah secara baik
dan benar agar dapat menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi
serta keadaan tanah yang selalu subur, baik dengan pemberian pupuk,
bahan organik, dan sebagainya. Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah,
Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi
Tanah, dan Bioteknologi Tanah.
Berdasarkan
pengertian tanah secara menyeluruh, tanah memiliki definisi sebagai
berikut : Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, misalnya yang
berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan
sebagainya. Dan untuk membedakan sifat tanah tersebut dilakukan
klasifikasi tanah, yaitu usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasar atas
sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah
dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang
berbeda pula. Untuk mengetahui secara jelas karakteristik tanah baik
secara umum maupun khusus maka disusunlah makalah ini. Dan untuk
karakteristik tanah secara khusus saya mengambil klasifikasi tanah dari
jenis tanah Alfisol untuk dianalisa.
2. SIFAT DAN KARAKTERISTIK TANAH
Tanah
sebagai Media Tumbuh Tanaman memiliki sifat dan karakteristik yang
dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya dimana
ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam
pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini penjabaran masing-masing sifat
dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika, kimiawi, maupun
biologinya.
1. Sifat Fisika Tanah
a. Tekstur
· Tekstur
tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi
pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).
· Berikut ini merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :
Sumber
|
Soil separates |
|||
|
Kerikil
|
pasir
|
debu
|
liat
|
USDA
|
> 2mm
|
2 mm–50 mm
|
50 mm-2 mm
|
< 2mm
|
ISSS
|
> 2mm
|
2 mm-20 mm
|
20 mm-2 mm
|
< 2mm
|
USPRA
|
> 2mm
|
2 mm-50 mm
|
50 mm-5 mm
|
< 5mm
|
BSI, MIT, DIN
|
> 2mm
|
2 mm-60 mm
|
60 mm-2 mm
|
< 2mm
|
· Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
1) Tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2) Tanah
bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir
(3 macam)
3) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
(a) tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)
(b) tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt) (4 macam)
(c) tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)
· Tanah
yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar)
(disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai
pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat
akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, dan fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat), yang mudah padat-kompak.
b. Struktur
· Merupakan
gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling
merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa
jamur, lempung, humus, dll.
· Ikatan
partikel tanah berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya,
yang mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang
berbeda-beda.
· Pengamatan struktur tanah di lapangan (SSS, 1975) terdiri dari :
1. Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah Þ tipe struktur (lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)
2. Besarnya agregat Þ klas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasa, sangat kasar)
3. Kuat lemahnya bentuk agregat Þ derajad struktur (tidak beragregat, lemah, sedang, kuat)
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki struktur butir hingga tiang dan kemantapan agregatnya kuat.
c. Konsistensi
· Adalah
derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan
massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan
yang mempengaruhi bentuk tanah
· Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah
· Cara penentuan konsistensi tanah yaitu :
(1) lapangan : memijit tanah dalam kondisi kering, lembab dan basah (2) laboratorium : Angka-angka Atterberg
· Penentuan di lapangan :
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
· Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW)
Batas Cair : kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat adalah kadar air dimana tanah tidak melekat ke logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena terikat kuat oleh tanah
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki konsistensi yang teguh dalam kondisi lembab karena dipengaruhi tekstur dominan liat yang membentuk agregat padat-kompak. Sedangkan dilihat dari kondisi basah, tanah Alfisol memiliki konsistensi lekat dan plastis, dipengaruhi pula oleh teksturnya yang dominan lempung liat berpasir hingga liat, sehingga lekat di tangan dan mudah digulung serta dibentuk cincin.
d. Porositas
· Porositas atau pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara).
· Pori-pori
tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro pore) dan
pori-pori halus (micro pore). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori
kasar lebih banyak daripada tanah liat.
· Tanah
dengan banyak pori-pori kasar (pasir) sulit menahan air sehingga
tanaman mudah kekeringan, tetapi sistem perakarannya dalam. Sedangkan
untuk tanah-tanah liat dapat menahan air dengan baik hanya saja sistem
perakarannya lebih dangkal dibandingkan tanah dominan pasir.
· Porositas tanah dipengaruhi oleh :
1. Kandungan bahan organik
2. Struktur tanah
3. Tekstur tanah
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur yang dominan lempung hingga liat, porositasnya rendah menyebabkan penetrasi akar dangkal karena tekstur lempung hingga liat memiliki pori-pori mikro yang tidak poreus selain itu strukturnya padat-kompak sulit ditembus akar untuk berpenetrasi.
e. Warna tanah
· Secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan salah satu faktor penentu suhu tanah.
· Secara
tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal informasi
subsoil drainase, kandungan bahan organik surface horizon, pembeda antar
horison.
· Diukur dengan menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart)
· Warna
tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, dan hitam,
kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah
mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan
bercak (rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan organik, dan atau status oksidasi senyawa besi dalam tanah.
- Pada tanah jenis Alfisol memiliki warna coklat kemerahan hingga merah gelap. Menunjukkan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit bahan organik tanah.
2. Sifat Kimia Tanah
a. Reaksi Tanah (pH Tanah)
· Reaksi
tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7.
· Pentingnya pH tanah adalah untuk :
1) Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman
2) Menunjukkan kemungkinan adanya unsure-unsur beracun
3) Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
· pH
optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena
pada pH ini semua unsur hara makro tersedia secara maksimum kecuali Mo,
sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan.
b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
· Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+,, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah.
· Banyaknya
kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan
berat tanah (biasanya per 100 gr) dinamakan Kapasitas Tukar Kation
(KTK). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu
miliekivalen per 100 gr (me/100 gr). Satu ekivalen adalah suatu jumlah
yang secara kimia setara dengan 1 gr hydrogen.
· Kapasitas
tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan
unsure hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan
KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan
basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah,. Karena unsure-unsur
hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsure-unsur hara
tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.
c. Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
· Proses
pertukaran anion berperan penting dalam kaitannya dengan ketersediaan 3
anion hara makro yang diserap tanaman, yaitu nitrat, fosfat, dan
sulfat, yang secara alami dihasilkan dari dekomposisi bahan organic dan
pelapukan mineral tanah.
· Makin
tinggi nilai KTA berarti makin tinggi daya jerap (fiksasi) tanah
terhadap anion, sehingga pemberian pupuk pelepas anion seperti TSP (H2PO4-), ammonium nitrat (NO3-), dan ammonium sulfat (SO42-),
makin tidak efisien karena makin tidak tersedian bagi tanaman. Begitu
juga akibatnya pada daya tolak terhadap kation-kation juga makin tinggi,
sehingga pemupukan pelepas kation sperti KCl (K+), kalsit (Ca2+) dan dolomite (Ca2+ dan Mg2+) juga makin tidak efisien karena mudah tercuci/hilang dari tanah.
d. Unsur-unsur Hara Esensial
· Unsur-unsur
hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh tanaman dan
fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga
bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman
tidak dapat tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari
udara, air, atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yaitu :
v Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
v Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
· Unsur
hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak. Unsur
hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
- Sifat kimia tanah pada jenis tanah Alfisol secara keseluruhan yaitu cenderung memiliki pH basa, dan tingkat kejenuhan basa yang tinggi di seluruh profil tanah. P-tersedia dari sangat rendah hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi.
3. Sifat biologi tanah
a. Fauna Tanah
Dibedakan menjadi makrofauna dan mikrofauna
1) Makrofauna
Hewan-hewan
besar (makrofauna) penghuni tanah dapat dibedakan menjadi : (a)
hewan-hewan besar pelubang tanah, misalnya tikus, kelinci yang lebih
sering merugikan karena memakan dan menghancurkan tanaman, (b) cacing
tanah, berfungsi mengaduk dan mencampur tanah dan memperbaiki tata udara
tanah sehingga infiltrasi menjadi lebih baik, dan lebih mudah ditembus
akar, (c) arthropoda dan moluska, membantu memperbaiki tata udara tanah
dengan membuat lubang-lubang kecil pada tanah tersebut.
2) Mikrofauna
Hewan-hewan mikrofauna dalam tanah yang terpenting adalah protozoa dan nematoda.
Protozoa
berperan dalam menghambat daur ulang (recycling) unsure-unsur hara,
ataupun menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri.
Nematoda
berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi : (a) omnivorous,
memakan sisa-sisa bahan organic, (b) predaceous, memakan hewan-hewan
tanah, (c) parasitic, merusak akar tanaman.
b. Flora Tanah
Dibedakan menjadi makroflora dan mikroflora
1) Makroflora
Tanaman-tanaman
tinggi merupakan makroflora sebagai produsen primer bahan organic dan
penyimpanan energy surya. Akar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah,
dank arena akar menembus ke lapisan tanah yang dalam maka bila membusuk
menjadi sumber humus tidak hanya dilapisan atas tetapi juga dilapisan
yang lebih dalam.
2) Mikroflora
Mikroflora
dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri, fungi, actinomycetes, dan
algae dapat ditemukan pada setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan
actinomycetes membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena
tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak
mudah larut dalam air. Dalam hal pembentukan struktur tanah ini, fungi
dan actinomycetes jauh lebih efisien (lebih 17 kali lebih efisien)
daripada bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi lain yang lebih
penting.
Bakteri
autotroph bermanfaat bagi manusia mempengaruhi sifat-sifat tanah
sehubungan dengan cara bakteri tersebut untuk mendapatkan energy.
Bakteri autotroph dalam tanah terpenting adalah bakteri nitrifikasi yang
dapat mengoksidasi ammonia nitrit (oleh nitrosomonas)
dan nitrit nitrat (oleh nitrobacter).
- Sifat biologi tanah pada jenis tanah Alfisol secara keseluruhan yaitu memiliki kehidupan organisme tanah yang rendah, baik fauna tanah maupun flora tanah, karena jenis tanah Alfisol memiliki BOT yang rendah padahal BOT adalah makanan organisme tanah, khusunya cacing tanah. Sehingga, akibat keberadaan BOT tersebut mempengaruhi pula keberadaan organisme dalam tanah yang banyak membawa pengaruh pada kesuburan tanah itu sendiri.
3. FUNGSI DAN PERANAN TANAH
Beberapa fungsi Tanah sebagai media tumbuh, yaitu :
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia
kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan
asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara)
4. Sebagai
habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan
sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama & penyakit tanaman.
Dua fungsi tanah yang utama yaitu :
1. Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan
2. Sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan
Kedua
fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya
fungsi tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi
tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan
dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya
fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air
tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk
pembentukan tanah.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah :
1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman,
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
- Peranan tanah pada tanah jenis Alfisol secara potensil dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium
4. PENGELOLAAN ATAU PENGOLAHANNYA
Yang
dimasud dengan pengolahan tanah adalah suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan
yang dikehendaki oleh manusia. Untuk menciptakan sifat olah yang baik,
dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.
Adapun
tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi fisik; khemis
dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai
untuk pertumbuhan tanaman; membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang
sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju
erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan;
mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk
mempermudah dalam pengaturan air.
Cara
pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik
yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila
pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak.
Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah
diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan
yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing
yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori
tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh
buruk pengolahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah
konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi.
Pada
tanah jenis Alfisol yang memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga
liat, cara pengolahannya yaitu dengan mencangkul tanah terlebih dahulu
sebelum ditanami, gunanya untuk menggemburkan tanah, dan mengubah
struktur tiang yang keras menjadi remah/granuler, dan mengubah
kemantapan agregatnya agar tidak terlalu keras, dan tanah tidak
mengalami kompaksi, apabila tanah mengalami kompaksi maka air lebih
sukar menyerap ke bagian tanah di dalamnya, dan itu tidak baik bagi
pertumbuhan tanaman. Agregat-agregat yang mantap dengan ruang pori yang
yang cukup akan menjamin penyebaran udara dan air dalam tubuh tanah
secara optimal, yaitu keadaan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
Untuk
pengelolaaan tanah Alfisol sehubungan dengan C-Organik atau BOT-nya
yang rendah dapat dilakukan dengan cara mengembalikan sisa-sisa tanaman,
pupuk kandang, pupuk hijau, dan memberikan pupuk anorganis sesuai
dengan yang diperlukan. Dengan menjamin tanah tetap cukup mengandung
bahan-bahan organik dan zat-zat mineral maka kegiatan organisme dalam
tanah pun tetap terjaga, dimana berbagai organisme tersebut sangat
berperan dalam kesuburan tanah. Untuk menjamin tetapnya cukup
bahan-bahan organik dan zat mineral dalam tanah karena kandungan
bahan-bahan tersebut akan makin berkurang sehubungan dengan keperluan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta terangkutnya bahan-bahan itu
keluar dari tanah semasa panenan dilakukan.
Untuk
permasalahan pH tanah Alfisol yang terlalu basa dapat dilakukan dengan
pemberian bahan organik pula, karena bahan organik pun dapat menetralkan
tanah dari yang tadinya basa menjadi netral kembali. Karena tanah yang
netral merupakan tanah yang bagus kualitasnya.
Beberapa
cara/usaha lain dalam pengolahan/pengelolaan tanah baik secara umum
maupun pada jenis tanah Alfisol yaitu sebagai berikut :
Ø Menjamin
tanah cukup mengandung air melalui pengairan yang baik serta menjamin
tidak mudahnya kehilangan air sebagai akibat penguapan
Ø Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau
Ø Menerapkan sistem pengolahan minimal
Ø Menghindarkan tanah agar tidak mudah diserang erosi
Ø Mempertahankan permukaan tanah agar tanah cerul atau tertutup umtuk menghindarkan penguapan
5. KESIMPULAN
v Tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg,
S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara
tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang
ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
v Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya.
Adapun sifat fisika tanah yaitu :
1. Tekstur
2. Struktur
3. Konsistensi
4. Porositas
5. Warna tanah
Adapun sifat kimia tanah yaitu :
1. Reasksi Tanah (pH Tanah)
2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
3. Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
4. Unsur-unsur Hara Esensial
Adapun sifat biologi tanah yaitu :
1. Fauna tanah, terdiri dari makrofauna dan mikrofauna
2. Flora tanah, terdiri dari ,makroflora dan mikroflora
v Fungsi tanah yaitu :
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3.
Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon,
vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim
yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
4.
Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena
terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer
dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama & penyakit tanaman.
v Yang
dimasud dengan pengolahan tanah adalah suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan
yang dikehendaki oleh manusia.
v Adapun
tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi fisik; khemis
dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai
untuk pertumbuhan tanaman; membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang
sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju
erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan;
mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk
mempermudah dalam pengaturan air.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonymous.2008.http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/definisi-tanah-fungsi-dan-profil-tanah.html. Diakses pada 3 Januari 2009
- Anonymous.2008.http://ucupneptune.blogspot.com/2008/01/pengolahan-tanah-konservasi.html. Diakses pada 3 Januari 2009
- Darmawijaya, Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
- Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
- Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta
- Sutedjo, Mul Mulyani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. RINEKA CIPTA. Jakarta